Bencana dalam Islam Azab atau Ujian? Berikut Penjelasan Prof Quraish Shihab
Banjir kembali melanda sejumlah daerah di Indonesia, terutama Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh yang dalam beberapa hari terakhir menjadi pusat perhatian publik. Bencana ini memicu keprihatinan luas karena dampaknya cukup besar bagi masyarakat setempat hingga menelan ratusan korban jiwa.
Banjir dan longsor merupakan bencana alam yang terjadi ketika aliran air berlebihan merendam daratan hingga memicu kerusakan. Peristiwa seperti ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga dapat merenggut nyawa dan merusak infrastruktur.
Dalam perspektif Islam, bencana sering dipandang sebagai bagian dari ketentuan Allah yang memiliki banyak hikmah. Pertanyaan apakah bencana adalah azab atau cobaan kerap muncul, dan ulama menjelaskan bahwa hal tersebut bergantung pada kondisi dan respons manusia dalam menghadapinya.
Baca Juga: 10 Hal yang Dapat Membatalkan Salat, Salah Satunya Banyak Bergerak
Bencana dalam Perspektif Islam
Ulama tanah air Profesor M Quraish Shihab menjelaskan, dalam Alquran ada beberapa istilah tentang bencana. Pertama "musibah". Dalam bahasa Indonesia musibah selalu diartikan sebagai bencana.
Baca Juga: Benarkah Dilarang Potong Rambut atau Kuku saat Junub? Berikut Penjelasan Hukumnya
"Alquran menggunakan kata 'musibah' ini dalam arti sesuatu yang negatif, yang menimpa manusia akibat ulahnya. Walaupun sesuatu itu ringan, kalau itu negatif itu musibah," katanya seperti dikutip YouTube Shihab dan Shihab.
Seseorang yang ditimpa musibah lantas dianjurkan untuk mengucapkan "inna lillahi wainna ilaihi rajiuun". Artinya sesungguhnya segala sesuatu milik Allah dan kepada-Nya semua kembali".
Istilah kedua tentang musibah dalam Alquran yaitu "bala". Bala artinya ujian yang sumbernya dari Tuhan bisa positif bisa negatif.
"Nabi Sulaiman yang dianugerahi kekuasaan dan kerajaan yang begitu besar menyatakan bahwa anugerah Tuhan itu bala buat dia," katanya.
Ujian ini datang dari Tuhan baik kamu bersalah maupun tidak bersalah. Sementara hasil ujiannya nanti ketahuan di akhirat.
Kemudian ketiga ada "fitnah" yang bisa diartikan juga ujian. Dalam fitnah ini Tuhan mengingatkan agar manusia berhati-hati terhadap fitnah.
Fitnah ini tidak hanya menimpa orang-orang yang berbuat aniaya, tetapi bisa juga menimpa orang-orang baik.
"Tuhan berkata hati-hati, hindari itu. Salah satu cara menghindarinya itu dalam konteks musibah, misalnya ada orang melakukan kesalahan makan tegurlah orang tersebut. Sehingga tidak jatuh bencana itu menimpa kita," katanya.
Bencana Menimpa Siapa Saja
M Quraish Shihab. [youtube]Prof Quraish melanjutkan, bencana yang terjadi dalam kehidupan kita ini tidak hanya menimpa orang yang bersalah. Sepeti tsunami, anak-anak, orang-orang saleh, ditimpa buat mereka dan keluarga merupakan bala bukan musibah.
"Hanya saja kita tidak bisa mengetahui persis apakah ini musibah atau bala. Di sini kita harus introspeksi. Kalau itu musibah akibat kesalahan kita, kita memperbaiki diri," katanya.
Kalau misalnya kita tidak bersalah atas musibah yang terjadi, maka kita berserah diri kepada Tuhan. Lalu kita menganggap itu sebagai ujian supaya kita mendapat suatu tempat dan kedudukan di sisi Tuhan.