Bitcoin Terpuruk Jelang Akhir Tahun 2025, Analis Sebut Situasi Bisa Makin Buruk
Tahun 2025 menjadi salah satu periode paling tidak stabil bagi Bitcoin. Setelah sempat melonjak menembus $126.000 (Rp 2,02 miliar) pada awal Oktober berkat peningkatan adopsi ritel dan institusional, harga Bitcoin langsung terjun bebas hanya beberapa hari kemudian.
Pemicu utamanya adalah tarif baru dan ancaman ekspor dari Presiden AS Donald Trump, yang menyebabkan likuidasi pasar lebih dari $19 miliar (± Rp 304 triliun), terbesar dalam sejarah kripto.
Sejak itu, Bitcoin kesulitan bangkit, dengan November menjadi bulan terburuk sejak 2021. Hingga Senin, harga Bitcoin bertahan di sekitar $89.000 (Rp 1,42 miliar).
Korelasi dengan Saham Global Makin Kuat
Ilustrasi Bitcoin [Meta AI]
Bitcoin yang sebelumnya dianggap aset alternatif kini semakin bergerak mengikuti pasar saham. Data LSEG menunjukkan korelasi Bitcoin dengan S&P 500 naik menjadi 0,5 pada 2025, dari 0,29 pada 2024.
Sementara korelasi dengan NASDAQ 100 meningkat dari 0,23 menjadi 0,52. Para analis menilai gelombang investasi ritel, institusional, dan saham-saham AI berkontribusi besar pada fluktuasi ini.
Menurut Jasper De Maere dari Wintermute, dampak pergerakan ekuitas terhadap kripto menjadi pola dominan sepanjang tahun.