
Forumterkininews.id, Jakarta – Di era revolusi industri 4.0 saat ini, teknologi berkembang pesat. Salah satunya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Teknologi AI ini sudah dapat kita temukan di mana-mana. Keberadaannya juga mempermudah manusia dalam kehidupan.
Seperti ChatGPT, kecerdasan buatan yang cara kerjanya memakai format percakapan. Di mana, kita bisa bertanya banyak hal dan ChatGPT akan memberikan jawaban yang kita cari. Kita bisa mendapatkan jawaban dalam waktu singkat dan jawabannya pun mudah kita mengerti.
Saat ini, ChatGPT telah digunakan sebanyak 36 juta orang dari riset yang dilakukan oleh tim Vox Media’s Insights and Research, dan perusahaan konsultan riset The Circus.
Sekilas, yang kita lihat AI Generatif seperti ChatGPT tak memiliki dampak pada lingkungan. Namun, perkembangan AI Generatif juga memengaruhi lingkungan.
AI Generatif tidak hanya berdampak pada pencemaran tanah dan udara, juga berdampak pada emisi karbon dan penggunaan air.
Dalam buku Atlas of AI yang dikutip dalam laman Builtin.com, mineral tanah jarang seperti merkuri dan seng harus ditambang dalam jumlah besar untuk membuat mesin yang digunakan untuk melatih dan menjalankan model AI. Pusat data yang menyediakan komputasi dan sumber daya algoritma membutuhkan batu bara dan minyak dari bumi untuk memberikan daya.
Dampak AI pada lingkungan
1. Karbon yang dihasilkan
Selain itu, untuk menjalankan infrastruktur komputasi seperti Amazon Web Services atau Microsoft Azure, membutuhkan energi yang sangat besar sehingga jejak karbon dari sistem AI yang berjalan semakin meningkat.
Pada penelitian 2022 lalu juga menemukan pembuatan model bahasa BLOOM menghasilkan metrik ton emisi karbon dioksida lebih dari 50 metrik. Kemudian, pada penelitian lainnya di Universitas Massachusetts, pelatihan satu model AI dapat mengeluarkan lebih dari 626.000 pon karbon dioksida. Lima kali lipat emisi seumur hidup rata-rata mobil Amerika.
Seorang ilmuwan data dan pendukung AI ramah lingkungan, Kasper Groes Albin Ludvigsen menyatakan bahwa semakin besar modelnya, semakin intensif energinya. Penggunaan sistem AI mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida dari pada sistem pelatihan.
2. Menghabiskan banyak air
Selain itu, pelatihan AI juga membutuhkan banyak air untuk masuk dan keluar dari pusat data untuk mencegah server agar tidak terlalu panas. Pelatihan GPT-3 pada pusat data Microsoft AS dapat mengonsumsi 700.000 liter air bersih setiap hari.
Shaolei Ren, Profesor Teknik Elektro dan Komputer di University of California Riverside, menyatakan dalam makalahnya bahwa pabrik semi konduktor umumnya akan mengonsumsi jutaan galon air setiap hari. Untuk menghasilkan respons yang cepat dari ChatGPT, OpenAI juga harus menyebarkan servernya ke seluruh dunia dan di antaranya berada pada wilayah yang kekurangan air.
Meski begitu, banyak upaya-upaya yang sedang dilakukan dalam mengurangi jejak karbon dan air dari AI, agar menjadikannya alat yang lebih berkelanjutan dalam memerangi perubahan iklim.