Harga Bensin di Iran Cuma Rp5.700 per Liter, Bandingkan dengan Indonesia
Harga bensin di Iran ternyata sangat murah jika dibandingkan dengan Indonesia maupun rata-rata dunia.
Untuk bensin dengan oktan 95, warga Iran hanya perlu membayar sekitar 15.000 Rial Iran per liter, atau setara Rp5.730.
Baca Juga: Gambaran dan Lokasi Al Udeid, Pangkalan Udara Milik AS yang Digempur Iran
Bandingkan dengan harga rata-rata bensin dunia yang mencapai 684.339 Rial Iran, setara hampir Rp261.000 per liter.
Namun, harga murah di Iran ini hanya berlaku untuk kuota 60 liter per bulan. Jika pembelian melebihi kuota, maka tarif naik menjadi 30.000 Rial Iran per liter, atau sekitar Rp11.460.
Mengapa Bisa Murah?
Baca Juga: Hadiri Hari Asyura, Ali Khamenei Tampil untuk Pertama Kalinya Depan Publik Setelah Perang Iran-Israel
Ilustrasi pom bensin (Meta AI)
Ada sejumlah faktor yang membuat bensin di Iran sangat terjangkau:
Cadangan minyak melimpah
Iran termasuk salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Pasokan domestik yang berlimpah membuat negara ini tidak perlu bergantung pada impor.
Subsidi pemerintah
Negara memberi subsidi besar agar harga bensin tetap murah, sekaligus menekan biaya transportasi dan produksi di dalam negeri.
Pengaruh geopolitik
Kebijakan energi di Iran dirancang agar tetap mandiri dan tidak bergantung pada pasar global.
Sejarah panjang subsidi
Subsidi bahan bakar sudah lama menjadi bagian dari kebijakan sosial-ekonomi Iran untuk menekan inflasi dan menjaga stabilitas harga.
Bandingkan dengan Indonesia
Ilustrasi pom bensin (Meta AI)
Jika dibandingkan dengan Indonesia, harga bensin di Iran jelas sangat jauh lebih murah.
Di Tanah Air, harga bensin nonsubsidi seperti Pertamax (RON 92) saat ini sekitar Rp13.500–14.000 per liter, bahkan Pertamax Turbo (RON 98) bisa menembus Rp16.000 per liter.
Artinya, harga bensin oktan tinggi di Indonesia hampir tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan tarif normal di Iran, dan masih lebih mahal juga jika dibandingkan dengan harga kuota kedua mereka (Rp11.460).
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kebijakan energi dan subsidi sangat menentukan daya beli masyarakat.
Iran bisa menjaga harga tetap rendah berkat cadangan minyak dan subsidi besar, sedangkan Indonesia, meski juga negara penghasil minyak, harus menyesuaikan harga dengan kondisi pasar global dan beban fiskal.