Eks Dubes Indonesia di Polandia Sindir Banyaknya Pemain Naturalisasi Timnas

FT News – Di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI berhasil menggaet 14 pemain diaspora. Ditambah dengan keahlian taktis coach Shin Tae-yong, para penggemar Timnas pun dibuat terpesona dengan perubahan cara permainan yang drastis.

Tentu keterampilan pemain-pemain naturalisasi yang memiliki pengalaman bermain di rumput Eropa, Amerika Serikat, serta Asia dapat memberikan sensasi permainan yang berbeda.

Mereka berhasil membawa Indonesia ke Kualifikasi Piala Dunia. Indonesia pun berhasil melampaui ekspektasi dengan menahan imbang Arab Saudi dan Australia dengan notabene memiliki peringkat jauh lebih tinggi dari Indonesia.

Aksi Nathan Tjoe-A-On ketika menghadapi Australia, Selasa (10/9). Foto: AFC

Namun, terdapat satu hal yang menarik perhatian dari mantan Duta Besar Indonesia di Polandia, Peter Gontha. Yaitu maraknya pemain naturalisasi di dalam Timnas.

“Saya sungguh Galau, saya akan posting status yang akan membuat follower saya marah, tapi tidak apa saya ambil risiko ini, karena saya mau menjaga martabat bangsa saya,” tulis Gontha di Instagram pribadinya.

Ia mengaku marah ketika diejek oleh seorang teman asingnya karena hal tersebut. Bahkan, ia sampai mengusir temannya dari kantor karena telah menjelek-jelekkan PSSI.

Unggahan eks Duta Besar Indonesia di Polandia, Peter Gontha. Foto: Tangkapan layar Instagram

Terdapat delapan poin yang Gontha tulis dalam unggahannya.

“1. Apakah anda cinta PSSI? (saya cinta)
2. Apakah anda cinta bangsa? (saya cinta)
3. Apakah anda tidak malu lihat PSSI 9 pemainnya adalah bangsa asing yang dinaturalisasi? (Saya malu).
4. Apakah kita bangsa besar? (saya rasa demikian)
5. Apakah anda tau bahwa naturalisasi mereka hanya sementara, karena mereka mempunyai dua paspor, nanti kalau sudah selesai main di Indonesia mereka akan buang status WNI mereka?(saya tau)
6. Apakah mereka mau membuang tunjangan sosial mereka dinegara nya begitu saja? (saya rasa tidak).
7. Apakah menurut anda tidak lebih baik membina pemain kita dari muda (SD s/d Dewasa)?( saya rasa demikian)
8. Apakah tidak lebih baik kalah dengan terhormat dari pada Menang atau seri dengan cara yang merendahkan martabat bangsa?(saya malu),” tulisnya.

BACA JUGA:   Usai 16 Tahun Indonesia Bangkitkan Runner-up Uber CUP

Di akhir tulisan, ia berharap mendapatkan tanggapan baik dan tanpa emosi dari netizen Indonesia.

“marilah kita tidak dibohongi atau
Membohongi diri kita sendiri dengan keadaan PERSEPAKBOLAAN kita yang palsu,” ungkapnya.

Unggahan tersebut mendapat 1.036 likes setelah 19 jam. Ia pun juga menutup kolom komentar dalam unggahan tersebut.

Artikel Terkait