Ketegangan Meningkat! Presiden Trump Tutup Wilayah Udara Venezuela di Atas dan Sekitarnya
Ketegangan Amerika Serikat dan Venezuela semakin meningkat. Presiden Donald Trump memutuskan menutup wilayah udara di atas maupun di sekitar Venezuela seluruhnya.
Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Venezuela atas tindakan Amerika Serikat ini.
"Kepada seluruh Maskapai Penerbangan, Pilot, Pengedar Narkoba, dan Pedagang Manusia, mohon pertimbangkan bahwa WILAYAH UDARA DI ATAS DAN DI SEKITAR VENEZUELA UNTUK DITUTUP SELURUHNYA," tulisnya di platform Truth Social miliknya.
Baca Juga: Trump: Indonesia Mitra Baru AS Wujudkan Perdamaian Dunia
"Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!"
Langkah ini diambil hanya dua hari setelah presiden mengatakan akan menekankan penghentian tersangka pengedar narkoba memasuki AS dari Venezuela "melalui darat."
Dilansir Al Jazeera, unggahan Trump muncul di tengah meningkatnya retorika selama berminggu-minggu oleh para pejabat senior AS terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pemerintahannya.
Baca Juga: Presiden Ukraina Zelenskyy ‘Menyerah’ Setuju Beri AS Sebagian Pendapatan Mineralnya
Meskipun pemerintahan Trump mengatakan bahwa mereka menargetkan Venezuela sebagai bagian dari upaya untuk memerangi perdagangan narkoba, para ahli dan pengamat hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa Washington tampaknya sedang meletakkan dasar bagi upaya untuk menggulingkan Maduro secara tidak sah dari kekuasaan.
Presiden Venezuela Nicolas MaduroAS telah mengerahkan sebuah kapal induk ke Karibia dan melakukan serangkaian pengeboman mematikan terhadap kapal-kapal yang dituduhnya terlibat dalam perdagangan narkoba, menewaskan puluhan orang dalam apa yang digambarkan oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pembunuhan di luar hukum.
Awal pekan ini, Trump juga memperingatkan bahwa ia akan segera mulai menargetkan perdagangan narkoba Venezuela "melalui darat".
Dalam pidato yang disiarkan di televisi nasional pada hari Kamis, Maduro mengatakan rakyat Venezuela tidak akan terintimidasi.
Sumber: New York Post, Al Jazeera
