
Forumterkininews.id, Jakarta – Pesatnya perkembangan teknologi bisa mengikis sisi kedaerahan, termasuk bahasa daerah. Tanpa pelestarian, bahasa daerah bisa lenyap dari kebudayaan Indonesia.
Berangkat dari keprihatinan itu, Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) berupaya melestarikan bahasa daerah lewat film. Mereka pun menggelar webinar bertajuk Penggunaan Bahasa Daerah dalam Film Indonesia, Selasa (15/8).
Webinar seri kedua FFWI yang diikuti 57Â peserta aktif ini dipandu Supriyanto, wartawan Tabloid Bintang Indonesia.com.Â
Youtuber, komedian, sutradara dan penulis skenario Bayu “Skak Eko Moektito menjadi salah satu pembicaranya. Ia menegaskan, jika kedaerahan ini terkikis, kita akan menjadi manusia yang lupa akan akar budaya.
Narasumber lainnya, Penggiat di Tradisi Lisan dan Lesbumi Lembaga Seni dan Budaya di bawah naungan Nahdlatul Ulama Susi Ivvaty berpandangan senada.Â
Mantan wartawan harian Kompas ini menyebut, film memegang peranan strategis dalam upaya pelestarian bahasa daerah. Bahasa daerah perlu diangkat dalam film berlatar belakang budaya.
“Karena feel-nya ada di dalam bahasa itu,†imbuhnya.
Ia menambahkan, penggunaan bahasa daerah dalam film juga sebagai cara menghindari kepunahan bahasa.
Bersedia Tak Dapat Honor
Dalam webinar, Bayu Skak menceritakan pengalamannya menawarkan cerita film berbahasa Jawa. Produser film ragu akan karyanya karena memakai bahasa daerah.
“Kalau film ini tidak meraih sampai 500 ribu penonton, honor saya tidak usah dibayar,” tegasnya kala itu.
Pria asal Malang, Jawa Timur ini bahkan rela tak dapat honor jika penontonnya tidak sampai 500 ribu. Namun kenyataannya Film “Yo Wis Ben” garapannya berhasil menarik 900 ribu penonton. Bahkan filmnya itu memiliki seri lanjutan seperti “Yo Wis Ben 2”, “Yo Wis Ben 3” dan “Yo Wis Ben Finale”.
Ia pun mengajak sineas dan para produser terus meningkatkan produksi film berbahasa daerah.