Perang Pecah, Kamboja Bersumpah Lakukan Perlawanan Sengit terhadap Thailand
Konflik terbaru antara Kamboja dan Thailand kembali memanas setelah pertempuran besar pecah di sepanjang perbatasan kedua negara. Ketegangan yang meningkat ini memaksa puluhan ribu warga sipil melarikan diri untuk mencari tempat aman.
Pertempuran Kamboja-Thailand yang memasuki hari kedua tersebut dipicu rentetan serangan yang saling dibalas oleh kedua pihak, sejak Minggu, 9 Desember 2025. Situasi di lapangan kian tidak terkendali, dengan masing-masing negara menegaskan kesiapan untuk mempertahankan wilayahnya.
Kronologi Bentrokan di Perbatasan
Baca Juga: Setelah 6 Tahun Pacaran, Davika Hoorne Akhirnya Dinikahi Ter Chantavit, Bikin Baper!
Bentrokan awal terjadi pada Minggu ketika dua prajurit Thailand dilaporkan terluka akibat kontak senjata. Insiden itu sekaligus mengguncang gencatan senjata yang sebelumnya diberlakukan pada Juli lalu.
Pada konflik Juli tersebut, pertempuran selama lima hari menewaskan puluhan orang dari kedua belah pihak. Lebih dari 100.000 warga sipil terpaksa dievakuasi akibat baku tembak dan serangan artileri berat.
Baca Juga: 100 Orang Tewas di Thailand, Oposisi Akui Pemerintah Thailand Gagal
Hingga kini, Thailand menyatakan bahwa Kamboja melakukan serangan artileri, roket, dan drone ke posisi militernya. Namun Kamboja menuding Thailand sebagai pihak yang lebih dulu menembakkan tembakan pertama pada Minggu dan Senin.
Pernyataan saling menyalahkan ini memperkeruh situasi dan membuat upaya mediasi belum dapat dilakukan. Kedua negara mengaku masih menunggu langkah diplomatik satu sama lain, namun memilih melanjutkan operasi militer di lapangan.
Respons Keras Kamboja
Ilustrasi perbatan Thailand dan Kamboja. [ftnews-copilot]
Dikutip The Associated Press, Presiden Senat Kamboja Hun Sen menegaskan bahwa negaranya siap melakukan perlawanan sengit terhadap Thailand. Ia menilai pertempuran kali ini merupakan bentuk pembelaan atas kedaulatan wilayah Kamboja.
Dalam unggahannya di Facebook dan Telegram, Hun Sen menyebut bahwa pasukan Kamboja menahan diri untuk tidak membalas pada Senin. Namun, ia mengatakan bahwa pada malam hari militer Kamboja mulai “melemahkan dan menghancurkan kekuatan musuh melalui serangan balasan.”
“Kamboja menginginkan perdamaian, tetapi Kamboja terpaksa melawan untuk mempertahankan wilayahnya,” tulis Hun Sen.
Ia menambahkan bahwa kondisi di lapangan menuntut negaranya mengambil langkah tegas terhadap agresi Thailand.
Militer Kamboja melaporkan bahwa tujuh warga sipil tewas dan 20 orang luka-luka akibat pertempuran terbaru. Pemerintah Kamboja juga terus memantau situasi untuk mengevakuasi warga di area yang dianggap berbahaya.
Sementara itu, Hun Sen menyebut bahwa Thailand harus bertanggung jawab atas eskalasi yang terjadi. Ia menegaskan bahwa Kamboja akan terus melakukan serangan balasan hingga ancaman terhadap wilayahnya benar-benar dihentikan.