Dari Keluarga Pembuat Becak, Kini Menjadi Dewan Pertimbangan Presiden

Rabu, 07 Feb 2024

FTNews - Memiliki nama lahir Ang Tjoen Ming, Prof. Dr. Tahir. M.B.A lahir pada tanggal 24 Maret 1952 di Surabaya. Ia tumbuh dan lahir dari sepasang ayah dan ibu yang bekerja sebagai pembuat becak di lingkungan yang rata-rata warganya adalah miskin.

Setelah menamatkan SMA pada tahun 1971 di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, Tahir memiliki sebuah cita-cita menjadi seorang dokter. Namun, ayahnya mengalami sakit keras dan tidak sanggup membiayai kebutuhan keluarganya membuat Tahir harus melepas mimpinya menjadi dokter.

Ia pun harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis pembuatan becak di Surabaya. Namun, ia mendapatkan sebuah beasiswa sekolah bisnis dari Nanyang Technological University di Singapura.

Selama di Singapura, bibit-bibit pebisnisnya sudah mulai terlihat saat ia mencari produk-produk di Singapura untuk ia jual di Surabaya. Mulai dari pakaian wanita, hingga sepeda Tahir belikan untuk ia bawa dan jual di Surabaya.

Dari sinilah ia menyadari sebuah ide untuk mengkapitalisasi produk impor sembari membantu biaya kuliahnya. Saat ini, Tahir menjadi Dewan Anggota Pertimbangan Presiden periode 2019-2024.

Menggeluti Dunia Perbisnisan


[caption id="attachment_157192" align="alignnone" width="1200"] Bank Mayapada milik Mayapada Group. Foto: TrenAsia/Ismail Pohan

Tahir mengawali dunia perbisnisannya dari bisnis garmen. Keberanian dan ketekunannya berhasil membawa dirinya sebagai pengusaha muda yang sukses.

Keberanian Tahir pun terbukti saat ia memasuki bisnis bidang keuangan dengan membuat perusahaan Mayapada Group di tahun 1986. Lambat laun, Mayapada Group mulai merambatkan tangannya ke bisnis dealer mobil, garmen, perbankan, bahkan kesehatan.

Bank Mayapada pun lahir pada tahun 1990 yang menjadi bisnis andalan Tahir. Saat bisnis garmen miliknya harus mengalami kestagnanan, bank ini malah maju secara pesat.

Krisis moneter menerpa Indonesia pada tahun 1998, banyak perusahaan-perusahaan yang harus kolaps karena tingginya hutang mereka. Bank Mayapada dapat bertahan melewati masa kelam ini, bahkan saham Bank Mayapada dapat masuk ke dalam pasar saham milik Bursa Efek Jakarta.

Yang dapat membuat Bank Mayapada bertahan adalah mereka tidak mengambil kredit dari bank asing yang besar. Saat itu, Bank Mayapada masih hanya berfokus kepada kredit usaha kecil.

Berhasil menerjang badai, Bank Mayapada terus melakukan ekspansi. Bersama dengan investasi asing dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan Singapura, mereka dapat membuka lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.

Selain Bank Mayapada, Mayapada Group juga bermitra bebas bea dengan industri barang mewah terkemuka, yaitu LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton. Toko-toko barang mewah ini dapat ditemukan di beberapa mal Jakarta dan Bali.

Mayapada Group juga memiliki empat menara kantor di Jakarta, yaitu Mayapada Tower, Menara Topas, Permata Tower 1, dan Sona Topas Tower. Selain itu, mereka membangun Mal Bali Galeria, mal terbesar di Bali, dan Regent Bali Hotel and Residence di Bali.

Kembali Ingin Mengabdi di Dunia Kesehatan


[caption id="attachment_157190" align="alignnone" width="899"] Bill Gates (kiri) dan Tahir (kanan). Foto: Tahir Foundation

Walaupun Tahir gagal menjadi dokter, namun ia masih menyimpan cita-citanya di dunia kesehatan. Melalui sumber daya yang ia miliki, Tahir membangun rumah sakit Mayapada yang berada di Tangerang dan Jakarta Selatan.

Rumah sakit ini dapat memudahkan akses pelayanan bagi anak dan masyarakat tidak mampu. Bahkan pada peresmiannya, rumah sakit ini memberikan pelayanan operasi jantung gratis untuk 100 pasien. Rumah Sakit Mayapada di Tangerang memiliki pusat neurosains, kardiologi, gastrointestinal, dan onkologi. Sementara itu, rumah sakit yang di Jakarta lebih berfokus pada layanan gawat darurat, ambulans, dan klinik minggu.

Tidak hanya di situ saja, ia pun banyak melakukan kegiatan filantropis lainnya di luar membangun rumah sakit. Saat Jakarta terkena banjir, ia bersama Alim Markus dan Mochtar Riady menyumbang sebesar Rp7 miliar untuk pengadaan air bersih, buku, dan juga seragam sekolah.

Tahir pun pernah ikut menyumbang US$ 75 juta atau sekitar Rp1,2 triliun ke The Global Fund untuk pendanaan mereka melawan TBC, HIV, dan malaria di Indonesia. Ia juga bekerja sama dengan yayasan milik pendiri perangkat lunak Microsoft, Bill & Melinda Gates Foundation. Total sumbangan tersebut mencapai US$ 150 juta atau sekitar Rp2,3 triliun.

Kiprahnya di Dunia Pendidikan


[caption id="attachment_157189" align="alignnone" width="750"] Tahir menerima Chancellor's Citation di University of California, Berkeley. Foto: investor.id

Tahir mendapatkan tawaran dari University of California, Berkeley dan Universitas Pancasila untuk menjadi Majelis Wali Amanat, organ pengawas perguruan tinggi. Selain itu, ia pernah menyumbang sebesar Rp250 miliar kepada National University of Singapore untuk riset pengembangan ilmu kedokteran.

Pada tahun 2014, Tahir juga pernah menyumbang sebesar US$ 3,27 juta untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu di sepuluh perguruan tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, ia juga pernah membelikan 10.000 laptop untuk lima bintang kelas teratas yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Tahir juga mendapatkan gelar Dato’ Sri dari Kesultanan Pahang, Malaysia di bulan Mei 2010. Ia mendapatkan gelar ini setelah kontribusinya dalam menyelesaikan konflik antar perusahaan dan dalam masyarakat.

Tidak hanya itu, Tahir juga mendapatkan gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University untuk periode Oktober 2011 hingga September 2014. University of California, Berkeley juga memberikan penghargaan Chancellor’s Citation atas pengabdiannya kepada masyarakat dan kepemimpinan dalam bisnis.

Kini Tahir menjadi satu dari sosok 9 naga di Indonesia. Pengusaha sukses dengan nilai harta dan bisnisnya yang fantastis!

Topik Terkait: