Viral! Dedi Mulyadi Emosi Tegur Kakek yang Bangun Rumah di Bantaran Sungai Tanpa Izin

Sebuah video memperlihatkan adu argumen sengit antara Dedi Mulyadi dan seorang kakek mendadak menjadi perbincangan publik. Video tersebut diunggah akun TikTok Percaya Gak Percaya sehari lalu dan langsung viral di jagat maya.

Dalam tayangan berdurasi lebih dari dua menit itu, Dedi tampak kehilangan kesabaran saat berhadapan dengan sang kakek yang diduga membangun bangunan tanpa izin di kawasan sepadan sungai.

Dedi terlihat beberapa kali meninggikan suara sambil menegaskan bahwa tindakan sang kakek telah melanggar hukum. Ia berulang kali bertanya dengan nada tegas, “Bapak melanggar hukum nggak?” sembari menambahkan bahwa dirinya sudah berulang kali memberikan peringatan.

Raut wajah kesal terlihat jelas ketika Dedi menuding bahwa kakek tersebut tidak mau memahami aturan dan justru menyalahkan pemerintah saat bangunannya dibongkar.

Kakek Pembuat Bangunan Tak Berizin: “Saya Juga Negara”

KDM diprotes penyewa [Youtube]Dalam video yang sama, sang kakek berusaha membela diri. Ia mengaku hanya sebagai penyewa lahan di lokasi itu dan merasa memiliki hak untuk membangun. Dengan nada tinggi, ia menyampaikan,

“Saya nyewa di sini, Pak. Saya juga negara, saya juga dijalankan oleh negara. Saya harus dihidungin.”

Pernyataan tersebut langsung memancing respons keras dari Dedi Mulyadi. Ia menanyakan perihal izin mendirikan bangunan (IMB) yang dimiliki sang kakek. Saat sang kakek tampak kebingungan, Dedi menegaskan bahwa membangun di atas lahan sepadan sungai merupakan pelanggaran hukum.

“Nggak boleh, Pak. Itu melanggar aturan. Membangun di atas sepadan sungai jelas dilarang,” tegas Dedi.

Sang kakek masih berusaha berdalih dengan menyinggung soal penggantian. Namun, Dedi menegaskan bahwa persoalannya bukan tentang ganti rugi, melainkan tentang pelanggaran hukum yang nyata.

“Kalau semua orang membangun seenaknya, bagaimana sungai mau mengalir?” ujarnya.

Penegakan Aturan dan Kesadaran Warga

KDM mendapatkan protes dari penyewa [Youtube]Konflik tersebut menggambarkan betapa rumitnya penegakan aturan di lapangan, terutama ketika masyarakat merasa tindakannya dibenarkan oleh keadaan. Banyak warga masih menganggap bantaran sungai sebagai lahan bebas, padahal area tersebut memiliki fungsi vital untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah banjir.

Dalam kasus ini, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa penertiban bukan bertujuan untuk merugikan rakyat, melainkan demi keselamatan bersama.

“Saya hanya ingin sungai ini bisa mengalir sebagaimana mestinya. Tidak bisa kalau di atasnya dipenuhi bangunan,” tuturnya.