Jamaah Haji Terpaksa Tinggalkan Barang di Bandara Jeddah akibat Aturan Maskapai
Lifestyle

Dikutip dari NU.or.id, ratusan jamaah haji Indonesia terpaksa meninggalkan sebagian barang bawaan mereka di paviliun Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Penumpukan ini terjadi karena adanya kebijakan ketat dari maskapai Saudi Airlines (SV) terkait barang bawaan yang diizinkan masuk ke dalam kabin pesawat.
Menurut aturan maskapai, setiap jamaah hanya diperbolehkan membawa satu koper kabin, satu tas tentengan, dan satu tas paspor. Aturan ini membuat banyak jamaah kebingungan, terutama karena mereka membawa beragam barang tambahan seperti oleh-oleh air Zamzam, sabun, buah-buahan, sandal, hingga pakaian kotor yang dimasukkan ke dalam tas tentengan atau ransel.
Akibat keterbatasan tersebut, tak sedikit jamaah yang terpaksa melakukan pengemasan ulang di area bandara. Banyak dari mereka yang akhirnya harus rela membuang barang-barang yang tidak dapat dibawa pulang ke Tanah Air. Dari tujuh kloter pertama pemulangan, kendala serupa hampir dialami oleh seluruh kelompok.
Petugas dari Saudi Airlines bahkan turun langsung ke lapangan untuk memberikan imbauan kepada para jamaah. Sumarno, selaku Manajer Operasional SV, menjelaskan bahwa kebijakan ini diberlakukan untuk memperlancar proses pemeriksaan di imigrasi dan bea cukai.
“Kami mengimbau jamaah untuk tertib demi keselamatan penerbangan. Air Zamzam dilarang dalam bentuk apa pun di kabin. Namun jangan khawatir, di Tanah Air nanti setiap jamaah akan mendapatkan satu galon berisi lima liter air Zamzam,” ujar Sumarno.
Ilustrasi haji (META)
Ia juga menegaskan bahwa barang-barang yang tergolong berbahaya, seperti kabel panjang, power bank berkapasitas besar, senjata tajam, dan korek api, tidak boleh dibawa ke dalam kabin.
Salah seorang jamaah bernama Jani Jaan (84) asal Bekasi bahkan harus membongkar ulang isi tasnya karena masih membawa sabun, sampo, dan pakaian kotor. “Buang saja, saya tidak tahu itu anak-anak yang masukin,” ujarnya pasrah, dibantu petugas untuk memilah kembali isi bawaannya.
Refleksi Ibadah Haji: Kepatuhan dan Kesabaran sebagai Bekal Pulang
Jemaah haji 2025 di Tanah Suci. (IG @saudimohu)
Ibadah haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci, tetapi juga sebuah latihan spiritual yang mengajarkan kedisiplinan, kesabaran, dan kepatuhan terhadap aturan. Termasuk di dalamnya, kepatuhan terhadap peraturan penerbangan dan keamanan internasional saat kepulangan.
Kondisi yang dialami oleh jamaah di Bandara Jeddah menggambarkan tantangan yang muncul bahkan setelah rangkaian ibadah utama selesai dilaksanakan. Bagi sebagian jamaah, momen ini bisa menjadi ujian lanjutan dari nilai ikhlas dan tawakal yang telah dipelajari selama berhaji.
Meski terkadang menyulitkan, aturan maskapai dibuat demi kenyamanan dan keselamatan bersama. Dalam konteks haji, kepatuhan terhadap aturan bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari adab dalam safar (perjalanan) yang diajarkan dalam Islam.
Banyak jamaah yang telah menempuh perjuangan berat—baik fisik maupun finansial—untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima ini. Maka, penting untuk mengakhiri perjalanan haji dengan penuh ketenangan, rasa syukur, dan tetap menjaga sikap disiplin hingga kembali ke kampung halaman.
Semoga pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi jamaah dan penyelenggara haji ke depannya agar proses pemulangan berlangsung lebih tertib dan manusiawi.