Laba BYD Merosot 33 Persen, Saham Ikut Melemah di Bursa Hong Kong
Saham BYD Co. melemah tajam pada Jumat (31/10/2025) setelah perusahaan melaporkan penurunan laba bersih dan pendapatan pada kuartal ketiga tahun ini.
Kinerja tersebut tidak memenuhi ekspektasi analis dan menandakan bahwa bahkan raksasa mobil listrik asal Tiongkok ini tak kebal terhadap persaingan ketat di pasar otomotif terbesar dunia.
Baca Juga: Kenalan dengan Curtiss Bespoke, Motor Listrik Super Eksklusif yang Harganya Sentuh Angka Miliaran
Mengutip data Trading Economics pukul 11.14 WIB, saham BYD di Bursa Hong Kong tercatat turun 3,74 persen ke level 100,3 dolar Hong Kong dibandingkan hari sebelumnya.
Saham perusahaan ini bahkan sempat anjlok hingga 6,4 persen pada awal perdagangan.
Dalam laporan keuangan yang dirilis Kamis malam, laba bersih BYD tercatat turun 33 persen dari tahun lalu menjadi 7,82 miliar yuan atau sekitar 1,1 miliar dolar AS.
Baca Juga: Gelar Kontes Mobil HUT ke-76 Bhayangkara
Pendapatan perusahaan juga menurun sekitar 3 persen menjadi 194,98 miliar yuan, lebih rendah dari perkiraan analis sebesar 216 miliar yuan.
Persaingan Ketat Tekan Kinerja BYD
Tampilan Byd Denza N8l Dari Depan. [Instagram]
Analis Morgan Stanley menilai hasil kuartal ketiga BYD yang melemah akan berdampak negatif terhadap pergerakan saham.
Laba per unit kendaraan BYD hanya mencapai 6.100 yuan, di bawah perkiraan sebesar 6.500 yuan.
Perusahaan yang berbasis di Shenzhen itu terus berjuang mempertahankan dominasinya di pasar domestik.
Perang harga berkepanjangan di industri mobil listrik Tiongkok menimbulkan kekhawatiran bahwa kompetisi ekstrem dapat menekan kualitas produk.
Pada kuartal sebelumnya, BYD juga mencatat penurunan laba hingga 30 persen.
Penjualan yang melemah membuat posisi BYD sebagai produsen mobil terlaris di Tiongkok tergeser oleh SAIC Motor Corp., perusahaan milik negara, pada September lalu.
Penjualan Turun, Tapi Prospek Masih Terbuka
Byd Denza N8l. [Instagram]
Pada kuartal ketiga 2025, pengiriman kendaraan energi baru BYD—terdiri dari mobil listrik murni dan hibrida plug-in—turun 1,8 persen menjadi 1,15 juta unit.
Sementara itu, pesaingnya seperti Geely Automobile Holdings dan Chongqing Changan Automobile Co.
justru mencatat peningkatan penjualan masing-masing sebesar 96 persen dan 84 persen.
Media lokal melaporkan bahwa BYD telah memangkas target penjualan tahun 2025 sebesar 16 persen menjadi 4,6 juta unit, meskipun angka resmi tidak disebutkan dalam laporan keuangan.
Marjin kotor perusahaan juga menyempit menjadi 17,6 persen dari 21,9 persen tahun lalu, meski masih lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 16,3 persen.
Kendati tertekan, sejumlah analis menilai BYD masih memiliki peluang untuk pulih.
HSBC memperkirakan peningkatan volume penjualan dan marjin keuntungan dapat terjadi pada kuartal keempat 2025, seiring dengan membaiknya permintaan dan bauran produk yang lebih menguntungkan.
“BYD masih berada di jalur yang tepat untuk merebut kembali pangsa pasar domestik dan mempercepat ekspansi global,” tulis analis HSBC, Yuqian Ding, dalam laporannya.