Mobile Ad
Suhu Naik 1,45 Derajat Celcius, Alam Bakal Makin Ekstrem

Selasa, 07 Mei 2024

FTNews - Tantangan fenomena alam akan semakin dinamis, ekstrem dan kompleks. Peningkatan suhu pun disebut sudah mencapai 1,45 derajat Celcius. Padahal jika ingin keluar dari krisis iklim kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius di tahun 2100.Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BNKG) Dwikorita Karnawati mengatakan hal tersebut dalam pembukaan rapat koordinasi nasional (Rakornas) 2024 BMKG di Yogyakarta, Senin (6/5). Rakor ini akan berlangsung hingga Rabu (8/5)."Di akhir abad ini atau tahun 2100 kita akan selamat menghadapi kondisi iklim kalau kenaikan suhu tidak melampaui 1,5 derajat celcius," katanya.Masalahnya tambah Dwikorita, berdasarkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) kenaikan rata-rata suhu di 2023 mencapai 1,45 derajat Celcius."Tahun lalu (2023) sudah 1,45 derajat celcius. Bagaimana kita harus mengatasi itu, harus kolaborasi sinergi harus putar otak teknologinya gimana," imbuhnya.Di sisi lain, tantangan lainnya juga ada seperti anomali hujan secara global dan kejadiannya bisa berdampingan. Satu sisi wilayah kering. Sedangkan sisi wilayah lainnya hujan."Kekeringan juga melanda seluruh dunia. Termasuk kita," ucapnya dikutip dari YouTube BMKG.Terkait masalah itu, Dwikorita memperkirakan di pertengahan abad tahun 2050 akan terjadi krisis pangan global. Hampir seluruh dunia bakal mengalaminya. "Kita enggak bisa impor dan enggak bisa ekspor," imbuhnya.Untuk mencegah krisis pangan semakin parah, perlu pencegahan mulai saat ini dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Perlu pula penguatan teknologi, antisipasi dan observasi. Dampak gempa bumi perlu diwaspadai. Foto: Freepik

Bencana Lain

Tak hanya kenaikan suhu, Dwikorita juga menyebut aktivitas seismik juga semakin sering terjadi. Patut bersyukur Indonesia sudah memiliki sistem peringatan dini gempa dan tsunami yang lebih baik dibanding 20 tahun lalu saat gempa dan tsunami Aceh terjadi.Saat ini katanya, seismograf masih pakai drum jumlahnya masih 20 belum digital dan tersistem. Perangkat lain seperti komputer pun masih pentium. Pengukuran menggunakan penggaris atau jangkar dan tidak tahu persis gempanya di mana."Alhamdullilah saat ini kita dengan dukungan berbagai pihak, peringatan dini tsunami, teknologi di BMKG setara dengan Meteorological Agency di Jepang," katanya.Saat Jepang mampu memberi peringatan dini gempa tsunami dalam 3 menit, Indonesia sudah mampu 5 menit. Saat Indonesia sudah mampu dalam 3 menit, Jepang lebih unggul 2,5 menit bisa memberi peringatan dini."Artinya kita meskipun ada lompatan kemajuan tapi masih terengah-engah. PR kita masih banyak," ucapnya.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement