Tangkal DBD! Nyamuk Wolbachia Aman Bagi Manusia dan Lingkungan

FTNews, Jakarta – Nyamuk ber-Wolbachia untuk melawan demam berdarah dengue (DBD) dengan menekan populasi nyamuk aedes aegepty aman bagi manusia dan lingkungan.

Hal itu Peneliti nyamuk ber-Wolbachia di Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad sampaikan dalam diskusi Live IG Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (21/11).

Dalam diskusi bertajuk Wolbachia, Cara Baru Melawan Dengue, Riris menjelaskan, teknologi nyamuk Wolbachia bukan untuk menggantikan program pemerintah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM).

“Tapi ini pelengkap. Pemberantasan sarang nyamuk penting. Penyakit dari vektor nyamuk tidak hanya DBD. Tetap harus kita kendalikan,” kata Riris.

Ia menjelaskan Wolbachia adalah bakteri alami pada 60 persen serangga. Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain. Tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit.

Wolbachia hidup dalam sel serangga dan dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui telur.

Nyamuk jantan Wolbachia kawin dengan nyamuk betina telur tidak menetas. Nyamuk jantan kawin dengan betina Wolbachia telur menetas ber-Wolbachia.  Lalu jika nyamuk jantan Wolbachia kawin dengan betina Wolbachia telur menetas ber-Wolbachia.

Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypty dapat menurunkan replikasi virus dengue. Hal ini dapat mengurangi kemampuan nyamuk tersebut sebagai penular demam berdarah.

Di Indonesia, aplikasi teknologi ini sudah dilakukan di Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Dinas Kesehatan setempat pun menyebut kasus DBD menurun setelah ada penyebaran nyamuk Wolbachia ini.

“Nyamuk DBD itu tidak berbunyi, tapi gigitannya gatal. Biasanya mengintai tumit kaki bawah. Tanpa sadar digigit lalu terasa ketika sudah gatal,” imbuhnya.

Teknologi Nyamuk Wolbachia Tak Hanya di Indonesia

Di Indonesia riset nyamuk Wolbachia ini sejak tahun 2011. Setelah itu awal tahun 2014 pelepasan ke lapangan. Usai itu tetap ada uji klinis dan dampak di tahun 2018-2020. Caranya dengan mengambil sampel darah masyarakat dan tidak ditemukan adanya respon antibodi artinya aman.

BACA JUGA:   Permen Karet Butuh Tujuh Tahun untuk Dicerna, Mitos atau Fakta?

Teknologi ini pun dapat pengawalan dan pantauan dari Kementerian Riset dan Teknologi waktu itu. Puluhan ahli terlibat dan memastikan teknologi ini aman. Bahkan kajian risiko dampak tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga lingkungan, sosial dan ekonomi.

Bahkan selain Indonesia, Australia dan 14 negara lain sudah menerapkannya.

Senada Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kementerian Kesehatan Ngabila Salama mengungkapkan, Wolbachia ramah lingkungan. Berbasis data dan terbukti. Sudah UGM teliti sejak tahun 2011 dengan bukti publikasi ilmiah internasional.

Selain itu mampu menurunkan 80-90 persen angka kasus perawatan rumah sakit dan penggunaan fogging.

“Wolbachia akan memandulkan atau menghambat nyamuk Aedes aegepty penular DBD agar tidak lagi membawa virus DBD,” kata Ngabila.

Teknologi ini lanjutnya, tanpa rekayasa genetik nyamuk dan tanpa modifikasi ekosistem.

Setelah berhasil di Yogyakarta, Kementerian Kesehatan pun akan cermat dan tepat dalam sosialisasi untuk memperluas program ini. Wilayah perluasannya yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kupang.

“Wolbachia nyamuk baik perlu terus kita dukung. Jangan mudah percaya hoaks,” tandasnya.

Artikel Terkait