Paksa Akhiri Perang di Gaza, Sekjen PBB Pakai Pasal “Dewa”

FTNews, Gaza- Ketika perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Gaza, Sekjen PBB Antonio Guterres menggunakan alat yang paling ampuh untuk pertama kalinya dalam lima dekade. Alat itu adalah Pasal 99 Piagam PBB.

Melansir UN News, Guterres telah mengirim surat dan meminta Dewan Keamanan untuk menekan upaya mencegah bencana kemanusiaan di Gaza. Serta bersatu dalam seruan gencatan senjata kemanusiaan penuh antara Israel dan militan Palestina.

Dalam suratnya kepada Dewan, Guterres menggunakan Pasal 99, yang terdapat dalam Bab XV Piagam PBB.

Ini artinya, ia dapat menyampaikan kepada Dewan setiap permasalahan yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

<i>(Dok: UN)<i/>

Dalam pernyataannya kepada wartawan bersamaan dengan surat tersebut, Juru Bicara PBB Stéphane Dujarric mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya Guterres merasa terdorong untuk menerapkan Bab 99, sejak menjabat pada tahun 2017.

Skala kerugian

Dujarric menjelaskan bahwa Sekjen PBB mengambil langkah tersebut mengingat besarnya jumlah korban jiwa di Gaza dan Israel, dalam waktu yang sangat singkat.

Dia menggambarkan penggunaan Pasal 99 sebagai langkah konstitusional yang dramatis yang diharapkan Guterres akan memberikan tekanan lebih besar pada Dewan Keamanan. Dan komunitas internasional pada umumnya untuk menuntut gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai.

“Saya rasa ini adalah seruan yang paling penting”, kata Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB, “menurut saya, ini adalah alat paling ampuh yang dia [Sekretaris Jenderal] miliki.”

Surat itu dikirim ke Presiden Dewan Keamanan di New York pada Rabu, (6/12) malam.

Sejak serangan teror yang dilakukan militan Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober dan pemboman serta operasi darat yang dilakukan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza, Dewan Keamanan mengeluarkan satu resolusi.

BACA JUGA:   Mendarat di Bandara Ngurah Rai, Pilot Kibarkan Bendera Korsel dan Indonesia

Tepatnya pada pertengahan bulan November, setelah empat kali gagal mencapai konsensus untuk  jeda kemanusiaan yang mendesak dan berkepanjangan.

Setelah jeda permusuhan selama seminggu di mana sekitar 240 sandera yang ditahan oleh militan di Gaza ditukar dengan tahanan Palestina, pertempuran dimulai lagi pada tanggal 1 Desember, yang membuat Gutteres mengaku sangat menyesal.

‘Penderitaan manusia yang mengerikan’

Dalam suratnya kepada ketua Dewan Keamanan, Guterres juga mengatakan pertempuran selama lebih dari delapan minggu secara keseluruhan telah menciptakan penderitaan manusia yang mengerikan. Kehancuran fisik dan trauma kolektif di seluruh Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen pada hari Rabu mengatakan masa jabatan Guterres berbahaya bagi perdamaian dunia.

Ini setelah Gutteres meminta prosedur yang jarang terjadi dengan Dewan Keamanan mengenai perang Gaza.

“Masa jabatan Guterres membahayakan perdamaian dunia. Permintaannya untuk mengaktifkan Pasal 99 dan seruan gencatan senjata di Gaza merupakan dukungan terhadap organisasi teroris Hamas,” tulis Cohen di X, sebelumnya Twitter.

Artikel Terkait