FTNews – Aplikasi teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang canggih ini dapat membantu manusia dalam segala pekerjaan. Kini, Amerika Serikat (AS) mengaplikasikan teknologi ini dalam bidang pertahanannya. Mereka terbangkan pesawat tempur yang menggunakan teknologi AI.
Sekretaris Angkatan Udara AS, Frank Kendall, menaiki pesawat jet tempur tersebut di padang pasir California, AS. Namun, ia tidak mengontrol pesawat tersebut, melainkan AI.
Melansir NY Post, Kendall telah mengumumkan rencananya untuk terbang di dalam pesawat tempur yang dikontrol oleh AI kepada Appropriations Committee. Ia mengatakan bahwa masa depan dari perang udara akan bergantung pada pengendaliannya dari jauh atau dapat secara otonom.
Pada hari Jumat (3/5), ia melancarkan rencananya. Inovasi tersebut digadang-gadang menjadi kemajuan yang terpesat dalam militer udara sejak munculnya pesawat siluman pada awal tahun 1990-an.
Kendall terbang dari Edwards Air Force Base untuk mencetak sejarah pertama kalinya dengan terbang di dalam pesawat tempur menggunakan Teknologi AI. Seusainya membuat sejarah, ia menemui Associated Press, media pemberitaan asal AS. Ia menjelaskan terkait teknologi tersebut dan perannya dalam pertempuran udara nantinya.
“Ada risiko keamanan jika tidak memilikinya (teknologi AI). Pada titik ini, kami harus memilikinya,†ujarnya.
Pesawat model F-16 yang dikontrol oleh AI ini bernama Vista. Saat Kendall mengudara dan bermanuver, AI ini melaju hingga kecepatannya mencapai 885 kilometer (km) per jam, hampir menempuh kecepatan suara. Pesawat tersebut 349 km per jam di bawah kecepatan suara, yang berkisar pada 1234,8 km per jam.
Melalui percobaan ini, Kendall merasa puas dengan hasilnya setelah terbang selama satu jam bersama Vista. Ia juga mengatakan bahwa ia mempercayai teknologi AI untuk mengambil keputusannya sendiri saat berperang nanti.
Tidak Semuanya Mendukung
Tentu, percobaan ini tuai kontroversi. Banyak yang tidak sependapat dengan terbangkan pesawat tempur yang menggunakan teknologi AI.Â
Pasalnya, ada kekhawatiran AI akan dapat berpikir dengan sendirinya dan memutuskan keputusannya sendiri, tanpa manusia. Selain itu, para penentang ide ini juga ingin pemerintah memperketat mengenai penggunaan AI dalam pesawat tempurnya.
Namun, Kendall mengatakan bahwa peran manusia akan tetap sangat vital dalam pengaplikasian teknologi ini. Manusia akan terus mengontrol dan mengawasi AI agar mereka tidak melakukan hal yang tidak sesuai dengan perintah.
Rencananya, Angkatan Udara AS akan mengadakan 1.000 drone yang menggunakan teknologi AI. Selain itu, mereka berencana untuk menggunakan teknologi ini untuk mulai beroperasi di tahun 2028.