FTNews – Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan membuat banyak orang menjadi was-was terkait potensi penggunaannya. Bahkan, mantan nomer satu orang terkaya di dunia, Warren Buffet, khawatir dengan kehadiran dan potensi AI di masa yang akan mendatang. Ia menyandingkan kehadiran AI ini seperti saat manusia berhasil menciptakan senjata nuklir.
Melansir CNN, pria berusia 93 tahun ini mengungkapkan kekhawatirannya terhadap AI dalam sebuah pertemuan pemegang saham pada hari Sabtu (4/5). Ia mengatakan bahwa ia masih memiliki minim pengetahuan terkait teknologi AI. Tetapi, ia masih merasa takut akan potensi AI yang dapat berkembang.
Ditambah lagi, suara dan fotonya baru-baru ini direplika oleh program yang didukung oleh AI. Buffett mengatakan bahwa hasilnya sangat meyakinkan. Bahkan, ia mengatakan bahwa keluarganya dapat tertipu dengan hasil buatan AI ini.Â
Oleh karena itu, metode penipuan, terutama yang menggunakan deepfake, dapat menjadi permasalahan ke depannya. “Jika saya tertarik untuk berinvestasi dalam penipuan, ini akan menjadi industri terbesar sepanjang masa,†ungkapnya dalam pertemuan tersebut.
Sudah Memasuki ke Dalam Perusahaannya
Berkshire Hathaway, perusahaan yang Warren Buffet bangun, mulai mengimplementasikan teknologi AI untuk mengganti tenaga kerja manusianya di beberapa sektor. Hal ini dilakukan oleh Greg Abel, pemimpin Berkshire Hathaway saat ini.
Namun, ia masih belum menjelaskan lebih lanjut akan potensi AI dalam perusahaan yang ia pimpin saat ini. “Saat ini, ini menggantikan tenaga kerja. Tetapi harapannya, akan ada kesempatan yang lain,†jelasnya.
Meski perusahaan yang ia bangun sudah menerapkan teknologi AI dalam tenaga kerjanya, namun Buffet masih belum mempercayai kehadiran teknologi tersebut sepenuhnya. “AI memiliki potensi yang sangat besar untuk kebaikan dan potensi yang besar untuk kejahatan. Dan saya tidak tahu bagaimana ini akan berlanjut,†ungkap Buffet.
AI dalam Dunia Kerja
Menurut International Monetary Fund (IMF), AI berpotensi untuk memberikan dampak bagi 40 persen pekerjaan yang ada di dunia saat ini. Selain itu, mereka mengatakan bahwa teknologi informasi dan otomatisasi dapat mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan rutin. Akan tetapi, AI keterampilan yang sangat tinggi dalam bekerja membuat banyak negara-negara maju terancam oleh keberadaan AI.
Lalu, Adecco Group juga telah melakukan survei terkait penggunaan teknologi AI di dalam dunia kerja. Dari 2.000 perusahaan di Amerika Serikat yang mereka wawancara, 66 persen sudah menggunakan teknologi AI dalam ketenagakerjaannya. Tidak hanya itu, sebanyak 41 persen perusahaan akan mempekerjakan tenaga manusia lebih sedikit dan menggunakan teknologi AI sebagai penggantinya dalam lima tahun yang akan datang.
Meskipun potensi AI sangat besar, ada salah satu hal yang tidak dapat mereka lakukan sekarang. Sebanyak 57 persen perusahaan masih membutuhkan “sentuhan manusia†dalam lingkup pekerjaannya. Karena, AI masih belum bisa meniru kreativitas dan inovasi manusia.