FTNews – Dalam konferensi tahunannya, I/O, Rabu (15/5), Google menunjukan fitur terbarunya pada mesin pencariannya. Namun, terdapat salah satu yang menjadi buah bibir bagi media-media pemberitaan. Karena, mereka menganggap adanya sebuah potensi, di mana Google mengancam eksistensi media pemberitaan.
Google memamerkan fitur AI Overviews, di mana mereka dapat langsung menjawab secara ringkas pertanyaan-pertanyaan sulit para penggunanya. Sehingga, para pengguna tidak perlu mencarinya ke situs-situs, hanya perlu melihat dari laman depan saja.
Tentu, dengan fitur terbarunya ini menimbulkan keresahan, seperti yang CEO News Media Allience, Danielle Coffey, ungkapkan. Melansir anak perusahaannya, New York Post, ia menggambarkan rencana Google ini “perubahan buruk dalam inovasi†yang akan menjadi “bencana bagi lalu lintas kamiâ€.
“Produk baru Google akan semakin membatasi lalu lintas yang penerbit andalkan untuk berinvestasi pada jurnalis, mengungkap dan melaporkan isu-isu kritis. Demi mendorong ringkasan AI ini,†jelas Coffey kepada The Post.Â
Ia juga mengatakan bahwa tindakan dari Google ini dapat melanggar hukum. Di mana, saat ini mereka sedang mendominasi dan memonopoli industri tersebut.Â
Berdiri di Puncak Sendiri
Per April 2024, DataReportal melaporkan bahwa sebanyak 5,44 miliar dari 8 miliar manusia menggunakan internet. Dari jumlah 5,44 miliar tersebut, sebanyak 90,91 persen atau sekitar 4,94 miliar pengguna internet menggunakan Google sebagai mesin pencariannya berdasarkan data Statcounter.
Seharusnya, melalui perubahan ini, Coffey mengatakan bahwa akan adanya peningkatan pengawasan peraturan dan hukum terhadap Google. Sementara itu, Google sudah menghadapi tuntutan antimonopoli federal, di mana mereka menuduh Google menguasai 90 persen para pengguna internet.
Selain itu, banyak para ahli juga mengkritisi Google, juga OpenAI, yang melatih AI mereka tanpa mencantumkan sumber atau kompensasi apapun. Lalu, mereka menggunakan data-data yang mereka dapatkan tersebut untuk memperkaya chatbot milik mereka.
Google tidak hanya mengancam eksistensi media pemberitaan saja, namun juga akan mengancam para content creator. Di mana, Google yang semakin bergantung dengan AI-nya untuk melakukan pencarian.