FT News – Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia sempat berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait keamanan siber.
Oleh karena itu, Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Indosat Ooredoo Hutchinson dan Mastercard Indonesia meluncurkan Program Penguatan Kapabilitas Keamanan Siber bagi 1 Juta Talenta Digital di Media Center Kementerian Kominfo, hari Kamis (12/9).
“Kita harus melakukannya bersama-sama, dengan semangat gotong royong,” ujar CEO Indosat Vikram Sinha dalam Bahasa Inggris yang turut hadir dalam peluncuran ini.
“Bagi kami, yang terpenting adalah berinvestasi pada SDM talenta digital Indonesia,” lanjutnya.
Selain itu, Budi Arie juga mempertegas bahwa percepatan penguatan talenta digital Indonesia sangat diperlukan.
“Kerja sama dalam Program Penguatan Kapabilitas Keamanan Siber hadir untuk mencetak 1 juta talenta digital yang memumpuni dalam lima tahun ke depan,” ungkapnya.
Menteri Kominfo berharap selama lima tahun ke depan, Indonesia akan mencetak 200 ribu talenta digital setiap tahunnya.
Menteri Budi Arie menyuruh Kepala Badan Pengembangan SDM Kemenkominfo Hary Budiarto, yang ikut hadir, untuk menjelaskan bagaimana jalannya program ini nantinya. Namun, Hary mengatakan banyak yang harus dijelaskan jika ia jabarkan.
Akhirnya, Budi Arie menjelaskan sedikit bahwa program ini akan berlangsung dengan bekerja sama beberapa kampus di Indonesia.
Masih belum diketahui secara pasti bagaimana program ini akan berlangsung.
Berkaca dari insiden Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 pada 20 Juni lalu. Di mana, server tersebut jatuh di tangan peretas selama tiga minggu lamanya.
Banyak situs-situs milik pemerintah harus tumbang akibat adanya ransomware bernama LockBit 3.0.
Pemerintahan Indonesia tidak dapat berkutik menghadapi serangan tersebut. Hingga akhirnya, peretas bernamakan Brain Cipher ini membebaskan data tersebut pada tanggal 3 Juli 2024 dengan sukarela.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan terdapat 347 dugaan serangan siber terjadi di tahun 2023. Insiden-insiden tersebut dapat berupa Insiden siber tersebut dapat merupakan kebocoran data, ransomware, web defacement, indikasi potensi serangan DDoS, dan pemantauan proaktif dugaan insiden siber.