FTNews, Unggaran— Meski relatif aman dari potensi gempa bumi raksasa (megathrust), warga Kabupaten Semarang di wilayah potensi bencana diminta untuk selalu waspada. Hal itu ditegaskan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Alexander Gunawan Tribiantoro.
Menurutnya, kondisi geografis Kabupaten Semarang menyimpan potensi bencana tanah longsor dan angin puting beliung. Sehingga, dampak tidak langsung dari gempa megathrust bisa saja menimbulkan bencana alam di Bumi Serasi.
“Warga di wilayah berpotensi bencana harus tetap waspada. BPBD siap mendukung setiap tindak lanjut prabencana, kedaruratan maupun paskabencana,” tegasnya, dilansir Jatengprov
Purbalingga Pasang Deteksi Gempa
Sementara itu Diskominfo Jateng juga memaparkan terkait pemasangan alat sensor pemantauan gempa bumi (seismograf) di Purbalingga. Pemasangan alat tersebut menjadi salah satu upaya mitigasi risiko gempa bumi.
Kepala BPBD Purbalingga, Prayitno, mengungkapkan, pemasangan alat seismograf dilatarbelakangi adanya kejadian gempa bumi dan tsunami beruntun, pada beberapa wilayah di Indonesia, yang menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa.
Untuk keselamatan masyarakat terhadap bahaya gempa bumi dan tsunami, serta sebagai upaya mitigasi terhadap bencana tersebut, Pemerintah Pusat melalui Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berupaya meningkatkan kecepatan dan akurasi informasi gempa bumi, antara lain dengan memasang seismograf.
“Berdasar pemberitahuan BMKG, setidaknya sampai tahun 2023 telah dipasang alat seismograf sebanyak 438 lokasi di seluruh wilayah Indonesia. Untuk Purbalingga, menjadi salah satu dari 48 titik se-Indonesia yang akan dipasang, melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Program (IDRIP). Di Jateng, terpilih tiga titik lokasi masing-masing Sragen, Kabupaten Semarang dan Purbalingga,” kata Prayitno.
Dijelaskan, berdasar kajian teknis, titik lokasi pemasangan berada di Dusun Purwodadi, Desa Cendana, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.
“Titik lokasi yang terpilih sesuai ketentuan teknis (yakni) berada di Dusun Purwodadi, Desa Cendana, Kecamatan Kutasari. Titiknya dengan kondisi batuan keras (hard rock), kebetulan berada di bagian lahan milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga seluas 231.300 meter. Untuk lahan yang akan dipakai hanya sekitar 10 x 10 meter (persegi),” kata Prayitno.
Pemilihan titik lokasi, jelasnya, selain berdasarkan hasil pengukuran alat modern, juga telah memenuhi sejumlah persyaratan, seperti lokasi merupakan daerah terbuka yang bebas dari halangan, lokasi sekitar lingkungan pengamatan tidak berubah dalam kurun waktu relatif lama, jarak dari jalan utama ± 100 meter, adanya akses listrik dan internet, serta jarak dengan pemukiman/bangunan di sekitarnya ± 30 meter.
Pembangunan shelter dan pemasangan alat, lanjut Prayitno, dimulai pada akhir September 2024. Izin lokasi juga telah dikeluarkan oleh Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Purbalingga pada Juni 2023.
“Untuk sosialisasi kepada warga rencana akan dilaksanakan pekan depan, dan secara teknis BPBD bersama BMKG sudah berkoordinasi dengan pihak Pemdes Cendana,” pungkas Prayitno.***