PBB: Perang di Ukraina Sebabkan Krisis Pangan Global

Forumterkininews.id, New York – Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) menyebut invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan krisis pangan global. Hal ini diprediksi berlangsung selama bertahun-tahun.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, perang memperburuk kerawanan pangan di negara-negara miskin karena kenaikan harga.

“Beberapa negara dapat menghadapi kelaparan jangka panjang jika ekspor Ukraina tidak dikembalikan ke tingkat sebelum perang,”kata Guterres dikutip BBC, Kamis (19/5).

Selain itu, konflik tersebut telah memutus pasokan dari pelabuhan Ukraina, yang pernah mengekspor sejumlah besar minyak goreng serta sereal seperti jagung dan gandum.

Bahkan invasi Rusia ke Ukraina telah mengurangi pasokan global dan menyebabkan harga alternatif melambung. Harga pangan global hampir 30% lebih tinggi dari waktu yang sama tahun lalu.

Berbicara di markas PBB di NewYork, Guterres mengatakan konflik yang dikombinasikan dengan efek perubahan iklim dan pandemi  dapat mengancam puluhan juta orang ke jurang kerawanan pangan diikuti oleh kekurangan gizi dan kelaparan massal.

“Ada cukup makanan di dunia kita sekarang jika kita bertindak bersama. Tetapi jika kita tidak menyelesaikan masalah ini hari ini, kita menghadapi momok kekurangan pangan global dalam beberapa bulan mendatang,” tambahnya.

Dia memperingatkan, satu-satunya solusi efektif untuk krisis adalah mengintegrasikan kembali produksi pangan Ukraina, serta pupuk yang diproduksi Rusia dan Belarusia ke pasar global.

Saat ini, dirinya tengah mengadakan pembicaraan intens dengan Rusia dan Ukraina, serta AS dan Uni Eropa. Pembicaraan ini meliputi upaya untuk mengembalikan ekspor makanan ke tingkat normal.

Diketahui, Rusia dan Ukraina menghasilkan 30 persen pasokan gandum dunia. Sebelum perang, Ukraina dipandang sebagai keranjang roti dunia. Negara ini mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya.

BACA JUGA:   Topan Hinnamnor Sasar Korsel, Ribuan Warga Dievakuasi

Tapi sejak Rusia melancarkan invasi pada Februari, ekspor telah runtuh dan harga meroket. Mereka naik lebih jauh setelah India melarang ekspor gandum pada hari Sabtu (14/5) lalu.

Artikel Terkait