Afrika Timur, Negara Paling Tidak Ramah Terhadap Jurnalis

Forumterkininews.id, Afrika – Ketidakstabilan politik di Kawasan Afrika Timur berdampak pada kerja-kerja jurnalis. Kudeta yang terjadi di Sudan, Mali, Guinea dan Chad merupakan beberapa penyebab sulitnya kerja-kerja jurnalis dilaksakan.

Wartawan menjadi sasaran pemerintah dan kelompok bersenjata yang berusaha mengendalikan arus informasi di wilayah yang dilanda kekerasan dan konflik, seperti Kamerun, Sahel, Kongo, Ethiopia, dan Somalia.

Dalam ringkasan pelanggaran terhadap jurnalis yang dirilis setiap bulan Desember, Reporters Without Borders, yang biasa disebut dengan singkatan RSF dalam bahasa Prancis, telah memperingatkan atas meningkatnya jumlah jurnalis yang ditahan di seluruh dunia.

Afrika tidak terkecuali, dengan lebih dari 100 jurnalis ditangkap secara sewenang-wenang dan 26 jurnalis ditahan. Hal ini dilakukan pada periode 1 Januari hingga 1 Desember 2021.

Kepala Reporter Without Borders (RSF) wilayah Afrika, Arnaud Froger mengatakan, Afrika Timur merupakan wilayah yang paling memusuhi kebebasan media.

Presiden Negara Eritrea, Isaias Afwerki melarang semua media independen pada tahun 2001. Bahkan soal kebebasan pers, Eritrea mengalahkan Korea Utara yang notabene komunis.

Tiga negara Afrika yang paling banyak menahan jurnalis pada 2021, yakni Eritrea, Ethiopia, dan Rwanda. Semuanya berada di Afrika Timur.

Ethiopia

Ethiopia telah dikritik organisasi hak asasi manusia dan PBB bulan lalu karena menekan kebebasan pers selama perang yang sedang berlangsung antara pasukan federal dengan pejuang Tigray dan Oromo.

Pekan lalu, tiga wartawan didakwa “mengampanyekan terorisme”. Pasalnya wartawan yang diadili sebelumnya mewawancarai anggota Tentara Pembebasan Oromo. Tentara pembebasan Oromo sendiri ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Ethiopia melalui Perdana Menterinya Abiy Ahmed.

Keputusan pemerintah Ethiopia dikeluarkan bulan November. Dalam keputusan ini pemerintah melarang orang menggunakan platform media untuk mendukung teroris dan juga melarang distribusi informasi tentang gerakan militer kecuali jika dipublikasikan oleh pemerintah.

BACA JUGA:   Momen Jokowi Pamit Saat Temui Masyarakat di Surabaya: Bulan Depan Saya Purnatugas

“Satu-satunya hal yang dapat dilaporkan wartawan adalah angka resmi dan narasi resmi pemerintah. Jika mereka pergi ke sisi lain medan perang, mereka akan ditangkap kemudian deportasi jika mereka adalah jurnalis asing. Jika jurnalis lokal, akan diadili,” kata Froger melansir DW.

Somalia

Selain Ethiopia, Somalia juga tidak jauh berbeda. Dua wartawan dilaporkan tewas di sana sepanjang tahun 2021. Dengan data ini, total wartawan yang tewas sejak 2010 menjadi lebih dari 50 orang.

Somalia merupakan negara terburuk di dunia untuk menyelesaikan kasus pembunuhan jurnalis. Hal ini dikeluarkan Impunitas Global 2021 Komite untuk Melindungi Jurnalis.

Terbaru, Abdiaziz Mohamud Direktur Radio milik pemerintah bernama Radio Mogadishu, tewas Bersama seorang pembom bunuh diri yang meledakkan bom tepat di depan mobil Abdiaziz pada November lalu.

Kelompok militan al-Shabab bertanggung jawab atas pembunuhan itu. BAhkan kelompok ini menyatakan sudah lama mengincar Abdiaziz.

Omar Faruk Osman, Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Media mengatakan selain pembunuhan, pelecehan terhadap jurnalis juga kerap terjadi di Somalia.

Somalia saat ini mengadakan pemilihan umum. Hal ini memicu meningkatnya permusuhan terhadap pekerja media, kata Osman.

Artikel Terkait