Air Laut Naik 1 Cm, Tebal Salju Puncak Jaya Turun 4 Meter

FTNews – Dampak perubahan iklim semakin nyata. Indonesia mengalami kenaikan tinggi muka laut mencapai 0,8-1,2 sentimeter per tahun. Sementara itu, ketebalan tutupan es di Puncak Jaya, Papua terpantau Desember 2023 berkurang 4 meter.

Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Klimatologi Pusat Litbang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Donaldi Permana dalam sebuah seminar virtual baru-baru ini menyebut, hal ini akan berdampak pada hilangnya beberapa pulau kecil di wilayah Indonesia atau daerah kota di pesisir.

Terjadinya kenaikan suhu secara nasional antara 0,45 hingga 0,75 derajat celcius tak hanya menghilangkan daratan. Donaldi mengatakan sebanyak 18 ribu kilometer garis pantai akan masuk kategori rentan akibat perubahan iklim.

“Dan perubahan curah hujan sekitar 75 milimeter per bulan,” katanya baru-baru ini.

Selain itu diperkirakan 5,8 juta kilometer persegi wilayah perairan Indonesia berbahaya bagi kapal nelayan khususnya yang berukuran kurang dari 10 gross tonnage.

Sementara itu suhu rata-rata global juga meningkat selama 10 tahun terakhir yakni 2014-2023 mencapai 1,20 plus minus. Lalu 0,12 derajat celcius di atas periode tahun 1850-1900.

Ia menjelaskan, peningkatan suhu menyebabkan pemanasan global terutama akibat tingginya konsentrasi karbon dioksida karena konsumsi energi fosil di antaranya batubara, minyak bumi yang masif. Penyebab lainnya adalah deforestasi.

Suhu Meningkat

Suhu yang meningkat juga turut membuat pencairan es di kutub utara dan selatan. Hal ini mendorong kenaikan muka laut secara global mencapai sekitar 4,72 milimeter pet tahun. Periode Januari 2013-Desember 2022.

Yang terdampak lebih awal kenaikan tinggi muka laut adalah negara di wilayah iklim tropis dibandingkan negara di belahan bumi utara dan selatan. Di Indonesia, BMKG menemukan ketebalan tutupan es di Puncak Jaya, Papua berkurang sekitar 4 meter. Berdasarkan pemantauan terakhir pada Desember 2023. Hal ini kemungkinan terkait kondisi El Nino pada 2022-2023.

BACA JUGA:   Kasus Kanker Akan Meningkat 77 Persen di Tahun 2050
Salju di Puncak Jaya terus mencair. Foto: Jakarta Insider

Salju Abadi Mencair

Sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut kondisi “salju abadi” atau tutupan es di Puncak Jaya, Papua semakin mengkhawatirkan karena terus alami pencairan.

Fenomena El Nino yang terjadi berpotensi turut mempercepat kepunahan tutupan es di Puncak Jaya tersebut. Menurutnya, realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.

“Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut,” ungkap Dwikorita.

Dwikorita menerangkan, Indonesia menjadi salah satu lokasi unik di wilayah tropis karena memiliki salju abadi. Salju abadi di Puncak Jaya, kata dia, adalah sebuah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian dari kalangan ilmuwan, peneliti, serta pencinta alam.

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut.

Tahun 2010, tebal es diperkirakan mencapai 32 meter dan laju penipisan es sebesar 1 meter per tahun terjadi pada tahun 2010-2015. Kemudian saat terjadi El Nino kuat pada tahun 2015-2016, penipisan es pun mencapai 5 meter per tahun.

Artikel Terkait