Banyak Restoran Singapura Ramai-ramai Tutup karena Bangkrut, Ini Penyebab dan Dampaknya!
Kuliner

Fenomena penutupan massal restoran di Singapura sepanjang tahun 2025 menjadi perhatian serius berbagai kalangan.
Data resmi pemerintah Singapura mencatat rata-rata 307 outlet restoran dan usaha makanan minuman (F&B) tutup setiap bulan.
Angka ini meningkat tajam dibandingkan rata-rata 254 outlet per bulan pada 2024 dan sekitar 230 outlet per bulan pada tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Grab Singapura Bakal PHK Besar-besaran
Kondisi tersebut menjadikannya yang terburuk dalam hampir dua dekade terakhir.
Menurut pakar ekonomi kuliner, kondisi ini merupakan sinyal rapuhnya ekosistem bisnis F&B di Negeri Singa.
"Jika tren ini tidak segera diatasi, Singapura bisa kehilangan identitas kulinernya yang selama ini menjadi daya tarik wisata,” kata Dr. Lim Wei Han, pengamat ekonomi dari National University of Singapore.
Baca Juga: Covid-19 Varian XBB Masuk Indonesia, Masyarakat Diminta Waspada
Penyebab Bangkrutnya Restoran di Singapura
1. Kenaikan Biaya Operasional Drastis
Biaya sewa tempat usaha meningkat antara 20% hingga hampir 50% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Lonjakan harga sewa ini menjadi beban utama, khususnya bagi restoran kecil dan menengah. Selain sewa, gaji karyawan dan harga bahan baku juga ikut naik.
Seorang pemilik restoran lokal yang enggan disebutkan namanya mengaku, dalam setahun terakhir, biaya sewa naik hampir dua kali lipat. "Padahal omzet justru turun. Kami tidak punya pilihan selain menutup usaha," ujarnya.
2. Penurunan Jumlah Pelanggan dan Perubahan Perilaku Konsumen
Kebiasaan makan masyarakat ikut berubah. Frekuensi kunjungan pelanggan yang semula 3–4 kali per minggu kini turun menjadi hanya sekitar sekali sebulan.
Selain itu, konsumen lebih selektif dengan memanfaatkan media sosial untuk mencari promo atau rekomendasi tempat makan yang lebih murah.
“Dulu pelanggan tetap datang hampir setiap akhir pekan. Sekarang mereka lebih memilih pesan lewat aplikasi atau makan cepat saji yang lebih hemat,” ujar salah satu manajer restoran di kawasan Orchard.
3. Persaingan Ketat dari Restoran Besar dan Waralaba
Ilustrasi Singapura. [Instagram]Jaringan restoran besar serta waralaba global dengan modal kuat semakin mendominasi pasar. Restoran independen kesulitan bersaing dalam harga, promosi, maupun inovasi layanan. Akibatnya, banyak usaha kecil gulung tikar.
4. Dampak Ekonomi Global dan Lokal
Perlambatan ekonomi global, ketegangan perdagangan, dan ketidakpastian makroekonomi membuat daya beli masyarakat menurun. Konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk makan di luar.
Dampak dan Contoh Penutupan Restoran
Ilustrasi restoran Singapura tutup. [Instagram]Fenomena ini tidak hanya menimpa restoran kecil, tetapi juga merek besar dan bersejarah. Restoran legendaris Ka-Soh yang berdiri sejak 86 tahun lalu akhirnya tutup.
Bahkan restoran berbintang Michelin pun tidak luput dari gelombang kebangkrutan. Selain itu, Burp Kitchen & Bar serta jaringan Prive Group menutup semua outlet mereka karena tekanan biaya dan penurunan omzet.
Ketua Singapore Tenants United for Fairness (SGTUFF), Terence Yow, menegaskan bahwa kenaikan harga sewa adalah biang kerok utama.
“Tanpa adanya intervensi pemerintah seperti subsidi sewa atau keringanan pajak, banyak usaha kecil dan menengah akan terus hilang. Pasar akan didominasi pemain besar dengan modal kuat,” tegasnya.