Beretikalah saat Gunakan Transportasi Publik

Forumterkininews.id, Jakarta – Belakangan kerap viral di media sosial, perilaku orang saat menggunakan transportasi publik. Adu mulut, hingga fisik karena tak terima atas tingkah polah penumpang lainnya.

Mengutip @kemenparekraf.ri ketika naik pesawat dengan kursi berderet tiga, sering kali muncul pertanyaan siapa yang layak dapat sandaran tangan.

Beberapa pakar etika mengemukakan, orang yang berhak mendapatkannya adalah penumpang dengan kursi paling tidak nyaman. Siapa dia? Ya penumpang di kursi tengah.

Alasannya, penumpang duduk di dekat jendela akan melihat pemandangan indah. Begitu pula penumpang yang duduk dekat lorong. Penumpang ini bisa mendapat ruang lebih lega dan akses jalan yang cepat.

Sedangkan penumpang di kursi tengah tidak memiliki keuntungan itu. Alangkah baiknya penumpang di kursi tengah dapat kesempatan untuk menggunakan kedua sandaran tangan.

Menanggapi hal itu, Sosiolog Universitas Indonesia Sigit Rochadi berpandangan, penumpang di tengah kehilangan hak keleluasaan seperti penumpang di kursi dekat jendela atau lorong.

“Apalagi jika orang di sebelah kanan kiri tidak mengenal dan memiliki sikap asocial. Penumpang di tengah semakin tertekan,” katanya kepada Forumterkininews, di Jakarta, Minggu (29/10).

Sayangnya pengelola pesawat juga kurang sensitif dengan masalah ini.

Penumpang KRL Adu Mulut

Beralih ke transportasi lainnya, baru-baru ini, di kereta commuter line (KRL) dua pria yang bersenggolan terlibat adu mulut. Malahan penumpang lainnya pun ikut jadi sasaran adu mulut yang menjurus adu fisik tersebut.

Masih di KRL hanya selang beberapa hari, seorang ibu ribut dan cemooh gaya duduk penumpang lainnya. Entah apa alasan pastinya, ia mengaku kurang nyaman melihatnya. Bahkan sempat berceloteh tidak suka dengan bau sepatu.

Sigit pun mengingatkan, setiap orang harus menjaga etika publik saat di transportasi umum.

BACA JUGA:   Terdakwa Kasus Pelanggaran HAM Berat Paniai Tidak Ditahan, Kok Bisa?

“Mulai dari mengantri, berbicara, menggunakan barang bawaaan sampai duduk,” katanya.

Etika publik lanjutnya, akan dapat menjaga hak-hak penumpang dan mencegah penumpang ‘menginvasi’ hak penumpang lainnya.

Etika publik yang terdapat di transportasi umum saat ini tambahnya, masih terbatas pada memberikan tempat duduk untuk ibu hamil, orang tua, anak. Belum menyentuh cara duduk.

“Banyak penumpang yang tidur di kereta dan dengkurannya atau posisinya mengganggu penumpang lain,” imbuhnya.

Sigit mendorong pengelola transportasi umum harus menegakkan etika publik ini.

Artikel Terkait

Jimi Hendrix Gitaris Paling Ikonik Sepanjang Masa Versi Billboard

FT News - Jimi Hendrix dinobatkan sebagai gitaris paling...

Pandji Lelang Trading Card Almarhum Babe Cabita Untuk Anak Pasien Kanker

FT News - Komika Pandji Pragiwaksono melalang trading card...

Hasil Survei: Khofifah-Emil Unggul di Pilkada Jatim

FT News – Lembaga Survei Poltracking Indonesia merilis survei...

NPWP Bocor, Jokowi: Terjadi Juga di Negara Lain

FT News – Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons dugaan...