BPOM: Efek Samping AstraZeneca Jarang, 1:10 Ribu Kasus

FTNews – Vaksin AstraZeneca menjadi perbincangan setelah pria asal Inggris Jamie Scott mengalami trombosis thrombocytopenia syndrome (TTS). Atas kejadian ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI buka suara soal efek samping AstraZeneca.

Pada 2021 lalu, Scott mendapatkan vaksin AstraZeneca, setelahnya terjadi pembekuan darah di otaknya. Scott mengajukan kasusnya pada 2023 lalu, atas klaim bahwa vaksin ini menyebabkan cedera serius.

BPOM mengungkapkan TTS merupakan efek samping AstraZeneca yang jarang sekali terjadi, yaitu satu kasus dalam 10 ribu kejadian. Selain itu, BPOM memastikan belum ada kejadian TTS di Indonesia.

“Manfaat pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih besar daripada risiko efek samping yang ditimbulkan. Hingga April 2024, tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca,” kata BPOM RI dari keterangan tertulis, Minggu (5/5).

Dalam mengembangkan produknya, AstraZeneca menggandeng Universitas Oxford pada vaksin AZD1222, setelah merebaknya virus corona pada 2019.

Kajian BPOM bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), menjelaskan bahwa TTS umumnya muncul setelah 42 hari pemberian Vaksin. Apabila terjadi di luar jangka waktu tersebut, BPOM menyebut insiden TTS bukan disebabkan efek samping AstraZeneca.

Meski demikian, bila ada efek samping setelah melakukan vaksinasi atau imunisasi, BPOM mengimbau masyarakat segera melapor. “Sebagai bagian dari pemantauan farmakovigilans,” tandasnya.

Artikel Terkait