Bukan Orang Sembarangan, Leluhur Prabowo Ternyata Pengikut Pangeran Diponegoro

FTNews – Latar belakang keluarga calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto memiliki catatan yang menarik untuk ditelisik. Sebagai anak Begawan Ekonomi Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo ternyata memiliki leluhur yang termasuk bukan dari kalangan orang biasa.

Saat mengucapkan kata ‘Ndasmu Etik’ yang membuat kontroversi di panggung politik nasional, Prabowo mengemukakan bahwa perkataan ‘Ndas’ merupakan hal yang lumrah di tanah leluhurnya, Banyumas.

“Itu kan bicara orang Banyumas biasalah bicara-bicara seperti itu, enggak usah dibesar-besarkan,” kata Prabowo beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, Kakek Buyut Prabowo dari jalur ayahnya memang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah yang terkenal dengan budaya panginyongan yang cablaka atau apa adanya.

Prabowo sendiri sebelum memutuskan maju bersama Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi politik nasional, Pilpres 2024 menyempatkan diri ziarah ke makam leluhurnya yang berada di Pemakaman Desa Dawuhan Kecamatan/Kabupaten Banyumas yang dikenal sebagai kompleks pemakaman Bupati Banyumas.

Dalam kompleks pemakaman tersebut, jasad sang kakek RM Margono Djojhadikusumo disemayamkan. Sosok Margono sendiri sebenarnya dikenal sebagai ekonom yang mendirikan Bank Nasional Indonesia (BNI) di masa awal kemerdekaan.

Prabowo sendiri mengaku mengaku bahwa di masa kecilnya banyak dipengaruhi oleh ajaran sang kakek.

“Waktu itu (masa kecil), saya banyak dipengaruhi kakek saya, Pak Margono seorang pejuang perintis kemerdekaan,” katanya.

Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto mengunjungi salah satu pesantren. Foto: Kemenhan

Melansir dari beberapa sumber, Margono Djojohadikusumo merupakan anak dari Raden Tumenggung Banyakwide, putra asisten wedana Banyumas.

Ikut Perang Jawa

Raden Tumenggung Banyakwide sendiri dikenal sebagai salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang ikut turun dalam Perang Jawa pada periode 1825-1830.

Lahir pada 16 Mei 1894 di Banyumas, Margono mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School pada tahun 1901, kemudian melanjutkan pendidikannya di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) Magelang.

BACA JUGA:   Kapolri Diminta Pastikan Larangan Hidup Mewah Anggota Polisi Dipatuhi 

Margono sendiri juga dikenal sebagai salah seorang anggota Budi Oetomo. Ketika masa-masa awal Indonesia merdeka, Margono Djojohadikusumo pernah menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Ia pula yang mengusulkan pembentukan bank sentral atau bank sirkulasi hingga pada 15 Juli 1946, terbit Perppu nomor 2 tahun 1946 tentang pendirian BNI yang kemudian Margono diangkat menjadi Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI).

Artikel Terkait