Cegah Perundungan Kekerasan Seksual, Andil Orang Tua Penting!

FTNews – Akhir-akhir ini, banyak terjadi perundungan kekerasan seksual di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Bahkan, di lingkungan pendidikan pun tidak luput dari permasalahan perundungan kekerasan seksual.

Melalui siaran langsung di kanal YouTube milik Ditjen GTJ Kemdikbud RI, dalam sebuah webinar baru-baru ini mengatakan bahwa peran orang tua sangatlah penting.

“Parenting bukan sekadar tugas, melainkan sebuah seni yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap peran yang kita jalani dan siapa yang menikmati peran kita,” jelas Nurina, seorang Psikolog yang menjadi narasumber dalam acara ini.

Nurina menjelaskan bahwa parenting adalah sebuah seni dalam memahami diri sendiri dan orang lain. Pemahaman ini untuk mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak jika terjadinya sebuah konflik.

“Contoh, memahami anak pertama, hal apa yang dia mau dan pola asuh seperti apa yang sesuai untuknya,” ungkap Nurina.

“Fokus kita bukan hanya melindungi anak sebagai korban, tetapi kita juga harus fokus terhadap anak-anak agar tidak menjadi pelaku,” jelasnya terkait perundungan kekerasan seksual.

Enam Karakteristik Pelaku Perundungan

Webminar yang Dharma Wanita Persatuan selenggarakan. Foto: Kemendikbud

Dalam webminar ini, Nurina juga menjelaskan bagaimana karakteristik-karakteristik dari pelaku perundungan. Ia menjabarkan bahwa terdapat enam karakteristik yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mengenal pelaku perundungan.

  • Perilaku agresif. Perilaku seperti ini dapat secara verbal maupun fisik. Secara fisik seperti melempar-lempar barang ketika sedang marah. Secara verbal, seperti menggunakan kata-kata yang menyakitkan saat marah. Oleh karena itu, orang tua harus mengajari mereka untuk tidak menyakiti orang lain baik perasaan maupun fisik.
  • Mempunyai sikap mendominasi teman sebaya dan dapat memanipulasi teman-temannya. Jika hal ini terjadi, orang tua harus merangkul anak tersebut. Selain itu, memisahkan anak dari teman-temannya yang ikut merundung juga menjadi solusi. Namun, orang tua harus menjadi kunci agar tidak cemas dan memarahi anak-anak.
  • Adanya keinginan yang tinggi dari pelaku untuk memenangkan situasi sehingga cenderung ingin memegang kendali dengan menggunakan segala cara. Orang tua harus mampu mengajari anak-anaknya untuk berorientasi pada proses untuk mendapatkan hasil.
  • Anak merasa puas saat menyakiti orang lain ataupun hewan-hewan lemah. Ini merupakan salah satu hal yang orang tua harus perhatikan kepada anaknya. Melihat ekspresi anak saat bertindak menyakiti orang lain menjadi salah satu kunci penting bagi orang tua.
  • Menolak bertanggung jawab atas tindakan yang telah mereka lakukan. Banyak orang tua yang masih memanjakan anaknya. Saat anaknya melakukan kesalahan, mereka akan membela dan bertindak tidak tegas kepada anaknya.
  • Sulit melihat sudut pandang orang lain. Orang tua perlu mampu menganalisa hubungan sebab-akibat yang mengakibatkan anak dapat bertindak sedemikian rupa. Contoh dari perilaku ini adalah perundungan secara psikologi seperti mengajak orang lain menjauhi seseorang.
BACA JUGA:   Viral! Saipul Jamil Dituding Lecehkan Laki-laki: Sampai Pamer Alat Vital

“Kita harus membentuk karakter yang positif dengan menjaga apa yang anak-anak lihat, dengar dan rasakan,” ungkap Nurina.

“Kita harus mengajarkan sikap pengendalian emosi dan memberitahukan mana yang baik dan yang benar agar melakukan tindakan yang sesuai dengan norma,” lanjutnya.

Artikel Terkait