Covid-19 Ngegas! Genjot Vaksinasi Booster Jelang Nataru

FTNews, Jakarta – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), epidemiolog minta pemerintah untuk menggenjot vaksinasi booster (penguat). Booster akan mampu melindungi lansia dan pengobit (orang dengan komorbid).

Komorbid ini adalah penyakit penyerta pada seseorang seperti jantung, diabetes melitus, gagal ginjal, kanker dan lainnya.

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, vaksinasi booster harus jadi prioritas pemerintah menyambut Nataru.

“Kita tidak punya alasan lain. Kita punya resources yang ada di Biofarma, harus kita optimalkan,” kata Dicky kepada FTNews, di Jakarta, Jumat (15/12).

Menurutnya, saat ini berpacu waktu untuk melindungi kelompok paling rawan jelang libur panjang. Vaksin bisa efektif mencegah keparahan kasus dan kematian.

Dicky menjelaskan vaksin terbukti menjaga imunitas dan kekebalan komunal di masyarakat. Yang memunculkan mutasi baru virus Covid-19 adalah kebiasaan manusia. Pengabaian manusia membuat virus terus bisa menginfeksi manusia.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama juga menyebut, dari hasil survei booster tetap diperlukan.

“Walau 99 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 akan tetapi masih perlu vaksinasi booster dosis keempat,” kata Ngabila.

Imunitas atau antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh memang tidak serta merta membuat orang sangat kebal dan menjadi tidak bisa sakit (terinfeksi) sama sekali. Vaksinasi booster untuk mencegah keparahan dan kematian Covid-19.

Sebagai perumpamaan antibodi adalah tentara baik di dalam tubuh. Jika jumlahnya ditambah booster terutama pada lansia dan kelompok rentan dapat terhindar dari kematian karena virus Covid-19.

“Jika jumlah antibodi (tentara baik) rendah, maka tubuh orang rentan, kalah dari Covid dan akan meninggal,” tandasnya.

Lansia adalah kelompok yang perlu mendapat perlindungan ekstra agar terhindar dari Covid-19. Foto: Freepik

Puncak Kasus di Januari

Dicky menambahkan, varian Covid EG.5 pertama kali ditemukan di China pada Februari 2023. Setelah itu menyebar ke seluruh dunia.

BACA JUGA:   Thailand Kembali Jadi Raja di Piala AFF Usai Kalahkan Vietnam

Meski varian ini belum menjadi varian of concern namun tetap waspada. Apalagi di negara seperti Indonesia yang punya penduduk lansia dan komorbid besar.

“Jika tidak terproteksi vaksin booster akan membuat angka kematian bermakna,” kata Dicky.

EG.5 jelasnya adalah sub varian Omicron. Mutasi ini membantu virus menginvasi antibodi. Angka reinfeksi pun besar.

Ia memperkirakan angka kenaikan kasus Covid-19 akan terjadi di minggu pertama Januari 2024. Meski puncaknya tidak seperti gelombang varian Covid sebelumnya.

Namun tetap masyarakat harus waspada dan melindungi lansia dan komorbid. “Jangan anggap enteng, tetap ada yang berpotensi meninggal dan dirawat di rumah sakit. Keterlambatan deteksi menyebabkan kematian,” ungkap Dicky.

Artikel Terkait