Cuaca Terik Dikaitkan dengan Equinox, Ini Kata BMKG

FTNews – Setelah sebelumnya hujan mengguyur sejumlah daerah di Indonesia, namun beberapa hari terakhir, cuaca terasa terik. Ada informasi yang mengaitkan ini sebagai dampak equinox, apa itu?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena ini adalah bagian dari fenomena astronomi. Saking terik dan cuaca cerah, langit di Jabodetabek pun terpantau biru.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdani mengungkapkan, cuaca cerah dan langit biru merupakan fenomena alamiah yang bisa terjadi di segala musim.

Hal ini dapat saja terjadi karena beberapa faktor seperti kondisi angin yang relatif cukup kencang, kelembapan udara cukup kering, sinar matahari yang intens, dan partikel penyusun di atmosfer.

“Di samping itu, faktor dinamika atmosfer penyebab kondisi cuaca cerah belakangan ini juga karena adanya surpressed MJO/ fase kering Madden-Jullian Oscillation. Berdampak pada pergerakan peningkatan konveksi lebih jauh ke arah timur,” katanya di Jakarta, Kamis (21/3) malam.

Kemudian lanjutnya, suhu muka laut yang hangat di perairan Afrika yang ditunjukkan oleh IOD positif menyebabkan potensi hujan di wilayah barat Indonesia lebih rendah dari normalnya.

Ditambah lagi dengan keberadaan siklon tropis neville yang menghambat pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek akibat terjadi peningkatan kecepatan angin dan tertariknya massa udara ke arah sistem tersebut.

Orang memakai payung karena panas terik. Foto: Alodok

Equinox

Terkait equinox lanjutnya, adalah salah satu fenomena astronomi yang terjadi ketika posisi matahari berada tepat di khatulistiwa atau ekuator. Berlangsung secara periodik dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

“Pada saat fenomena ini terjadi, matahari dengan Bumi memiliki jarak paling dekat. Dan sebagai konsekuensinya wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum,” ungkap Andri.

BACA JUGA:   Tradisi Unik di Maluku Setelah Jam 12 Malam Tahun Baru

Kendati demikian, fenomena ini tidak serta merta mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem. Suhu maksimum rata-rata di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36 derajat Celcius.

Berdasarkan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada hari 19 Maret 2024 tercatat 35,6 derajat Celcius di Deli Serdang, Sumatera Utara. Di wilayah lain terpantau 35,2 derajat Celcius di Kemayoran, Jakarta Pusat dan 34,3 derajat Celcius di Cengkareng, Jakarta Barat.

BMKG mengimbau, masyarakat untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dampak dari fenomena equinox ini khususnya untuk cuaca di wilayah Jabodetabek.

Artikel Terkait