Dikritik Kemenag, Garuda Indonesia Janji Perbaiki Layanan Haji

FTNews- Kementerian Agama (Kemenag) memberikan kritik kepada maskapai Garuda Indonesia atas sejumlah permasalahan penerbangan selama sepekan keberangkatan haji.

Merespons itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra, mengaku menerima kritikan Kemenag tersebut.

“Soal perfomance ini, sangat memahami, dan kita menyampaikan permintaan maaf. Dan upaya kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Kita juga sampaikan ke Kemenag penyebabnya,” ujar Irfan, Kamis (23/5).

Irfan memastikan, ke depan, pihaknya akan terus memperbaiki pelayanan penerbangan jemaah haji agar lebih maksimal lagi.

Salah satunya dengan mengalihkan dua pesawat reguler untuk angkutan haji guna mengganti pesawat yang bermasalah.

“Kita mengalokasikan dua pesawat berbadan besar untuk memastikan bahwa seluruh jemaah yang berjadwal terbang ke tanah suci terbawa,”terangnya.

Di sisi lain, Irfan bersyukur, tidak mendapat laporan untuk keluhan pelayanan lainnya. Justru Garuda Indonesia mendapat pujian penumpang karena memberikan layanan baik.

“Saya tidak pernah mendengar keluhan soal layanan lain. Yang sampai ke saya justru malah pujian karena layanan Garuda untuk khususnya para lansia,” pungkasnya.

Kritik Kemenag

Sebelumnya, Kemenag menilai manajemen Garuda Indonesia gagal dalam memberikan layanan penerbangan terbaik kepada jemaah haji fase pemberangkatan pertama.

Juru bicara Kemenag Anna Hasbie mengatakan, pasalnya masih terjadi sederet permasalahan penerbangan yang berujung merugikan jemaah.

“Kami melihat manajemen garuda gagal dalam memberikan layanan terbaik untuk jamaah haji,” kata Anna, Rabu (22/5).

Anna pun memaparkan sejumlah persoalan pada penerbangan jemaah haji Indonesia yang berlangsung sejak 12 Mei 2024.

Pertama, kerusakan mesin pesawat. Yang mana kejadian ini terjadi di Embarkasi Makassar. Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) lima Embarkasi Makassar UPG-05).

BACA JUGA:   CCS Buka Peluang Bisnis Baru di Indonesia

“Kondisi ini berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya,” sebut Anna.

Kedua, keterlambatan penerbangan. Ontime performance (OTP) pesawat tersebut juga sangat buruk. Kemenag mencatat, prosentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5%.

Ketiga, pecah kloter. Perencanaan Garuda Indonesia juga meleset. Pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali.

Sampai hari ini, lanjutnya, sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter. Yakni satu kloter jemaah tidak bisa terbang secara bersama-sama.

Keempat, tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28). Ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut.

Artikel Terkait