Diucap saat Debat Capres ke-3, Apakah Itu Gerakan Non-Blok?

FTNews – Dalam penyampaian visi, misi, dan program kerja, Capres dengan nomor urut 2 Prabowo Subianto mengatakan Indonesia adalah non-blok. Prabowo menjelaskan Indonesia memang dari awal tidak bergabung dan memihak blok-blok tersebut.

“Politik luar negeri kita secara tradisi, sejak awal kita merdeka adalah bebas aktif, adalah non-blok, tidak memihak, tidak ikut blok-blok, tidak ikut pakta. Ini saya teruskan dengan hubungan baik dengan semua kekuatan kita bisa mengamankan kepentingan nasional kita,” ungkap Prabowo dalam debat, Minggu (8/1) malam.

Hal ini sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Apakah Itu Gerakan Non-Blok?

Gerakan Non-Blok (GNB) adalah gerakan di mana negara-negara menganggap dirinya tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun.

Tujuan dari GNB sendiri berdasarkan tiga landasan, yaitu Dasasila Bandung, pidato Jawaharlal Nehru, dan Deklarasi Havana 1979. Berdasarkan tiga landasan tersebut, terjadilah perumusan dari tujuan GNB. 

Pada dasarnya, gerakan ini untuk mengawasi kedaulatan negara-negara yang berada di dalam GNB, serta menentang seluruh kejahatan internasional. Kejahatan seperti imperialisme, kolonialisme, apartheid, agresi militer, dan dominasi politik satu kubu menjadi tentangan bagi GNB.

GNB sendiri berawal Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Indonesia tahun 1955 yang dihadiri 29 negara berkembang di Asia dan Afrika.

Dalam konferensi ini, beberapa negara mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat (Amerika Serikat dan NATO) dan Timur (Uni Soviet).

Pada akhirnya, pada tanggal 1 September 1961 menjadi hari resmi berdirinya GNB yang bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi I di Yugoslavia.

BACA JUGA:   Kampanye Akbar, Prabowo Subianto Sapa Tokoh-tokoh Nasional

Terdapat lima negara yang menjadi pengusung GNB, yaitu Indonesia, Yugoslavia, Mesir, India, dan Ghana. Presiden Soekarno, sebagai Presiden Indonesia kala itu, menyatakan Indonesia tidak akan berpihak pada blok Barat dan Timur.

Indonesia juga memiliki kontribusi yang besar dalam GNB. Dalam KTT ke-10, Indonesia menjadi tempat penyelenggaraan konferensi tersebut, lebih tepatnya di Jakarta.

Selain itu, dalam konferensi ini juga mereka menunjuk Presiden Soeharto, presiden kedua Indonesia menjadi Ketua Gerakan-Non Blok.

Artikel Terkait