Fenomena “Revenge Travel” akan Berkurang pada 2024

FTNews – Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal tahun 2020 lalu, seluruh masyarakat Indonesia melakukan lockdown. Pemerintah memberlakukan ketentuan ini sebagai upayanya untuk mengurangi persebaran virus tersebut.

Oleh karena itu, banyak sektor-sektor perekonomian Indonesia harus tersendat akibat dari lockdown ini.

Saat pandemi sudah mulai mereda pada tahun 2022 dan 2023, banyak masyarakat Indonesia yang ingin melakukan aktivitas selayaknya sebelum pandemi menerpa. Salah satu sektor yang terdampak dari fase pemulihan ini adalah pariwisata.

Banyak orang-orang yang melakukan revenge travel, yaitu sebuah tren wisata yang para wisatawan lakukan akibat perjalanannya yang tertunda. Penundaan ini akibat dari ketatnya peraturan untuk berpergian sehingga memaksa orang-orang untuk tidak ke mana-mana.

Akhirnya, mereka melampiaskannya setelah pandemi mereda dan berada pada masa pemulihan. Terminologi ini menjadi populer pada tahun 2021 akibat dari pandemi yang melanda.

Menparekraf Sandiaga Uno. Foto: Kemenparekraf

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menjelaskan bahwa fenomena ini akan turun pada tahun 2024. Ia mengatakan telah mendapatkan pengetahuan lebih setelah mengikuti ITB Berlin Convention 2024.

“Jadi, kalau kita sempat terkena pandemi dan akhirnya banyak yang balas dendam untuk traveling di tahun 2022 atau 2023, tahun ini akan menurun drastis,” jelasnya dalam acara “The Weekly Brief With Sandi Uno”.

“Diproyeksikan perkembangan dan pola dari industri pariwisata akan kembali normal seperti sebelum pandemi,” lanjut Menparekraf.

Walaupun keadaan akan kembali normal, namun tetap ada tantangan yang pariwisata global. Sebagai contoh adalah geopolitik, perlambatan ekonomi atau inflasi, dan juga masalah manajemen sumber daya manusia.

“Industri pariwisata diperkirakan baru akan sepenuhnya pulih pada tahun 2025,” ungkap Sandiaga.

Berdasarkan data yang ia temukan, terdapat 38 persen wisatawan berencana melakukan perjalanan wisata dengan konsep “sekali seumur hidup” pada tahun ini. Selain itu, sebanyak 77 persen wisatawan global akan melakukan planning, booking, dan dreaming secara digital.

Artikel Terkait