Gibran Rakabuming Berkali-kali Bungkukkan Badan saat Debat, Apa Artinya?

FTNews – Gibran Rakabuming Raka merupakan cawapres termuda di antara cawapres lainnya dengan umur 37 tahun. Pria kelahiran Kota Surakarta ini menghadiri debat keempat cawapres pada hari Minggu (22/1).

Namun, ada suatu hal yang menarik yang Gibran lakukan di luar perdebatan. Saat sesi tanya jawab, Gibran tampak memberikan gestur membungkuk kepada cawapres lainnya setelah ia bertanya atau menjawab.

Memang jalannya debat cawapres keempat ini cukup panas karena banyak “senggol-senggolan” antar cawapres. Namun, walaupun berada di dalam panasnya perdebatan, Gibran membungkukkan badannya sebagai rasa hormatnya kepada yang lebih tua atau berpengalaman atau yang sepatutnya dihormati.

Gibran Rakabuming Raka (paling kanan) sedang membungkukan badannya setelah sesi tanya jawab bersama Cak Imin. Foto: KPU RI

Budaya Membungkukkan Badan di Indonesia

Budaya membungkukkan badan kepada yang lebih tua atau berpengalaman memang sudah meluntur. Namun, gestur Gibran tersebut memperlihatkan bahwa budaya ini belum sepenuhnya luntur dari budaya kita.

Di Indonesia, budaya membungkuk sendiri ada di mana-mana seperti pada masyarakat Jawa, Bugis, Sunda, dan masih banyak lainnya. Namun, penelitian dari Universitas Negeri Makassar mengatakan bahwa kebudayaan Jawa lebih “mahir” dalam membungkukkan badannya.

Kebiasaan membungkukkan badan mulai pudar saat zaman penjajahan Belanda, di mana mereka memaksa kita untuk membungkuk kepada mereka. Saat penjajahan Jepang, pemaksaan ini lebih parah lagi.

Budaya ini masih sangat kental di Yogyakarta karena Kekeratonan Yogyakarta masih melakukan budaya ini. Bagi orang-orang yang hidup di dalam nuansa keraton, perilaku ini merupakan tuntutan yang telah ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cawapres Gibran Rakabuming bersalaman sambil membungkukkan badan ke capres Prabowo Subianto. Foto: FTNews/Eriel Wira Natha

Dalam acara nonton bareng debat cawapres bersama GEMPITA (relawan dari Prabowo-Gibran), Herwin Suparjo menjelaskan bahwa gestur dari Gibran mengedepankan adab dan etika.

“Dia (Gibran) tahu bahwa merendah itu untuk menundukkan lawan. Menghormati itu menyedot dan memecah kekuatan lawan. Mengartikan lawan itu meluluhkan hati lawan,” ungkap Dewan Penasihat DPP GEMPITA ini.

BACA JUGA:   Liga Champions: City Buka Peluang ke Semifinal

Budaya membungkukkan badan kepada yang lebih tua memang sudah memudar di Indonesia. Namun, Gibran masih menunjukkan bahwa kebudayaan tersebut masih ada dan ia menunjukkannya di dalam debat cawapres semalam.

Artikel Terkait