Hari Air Sedunia, Bijak Gunakan agar Tak Perparah Krisis

FTNews – Setiap orang membutuhkan 50-60 liter air perhari, bahkan ada data lain yang menyebut bisa hingga 126,9 liter per hari. Naiknya populasi penduduk dunia mengingatkan manusia untuk bijak memakai air guna mencegah krisis air. Kelangkaan air akan menimbulkan ketegangan di masyarakat.

Hari ini, 22 Maret menjadi peringatan Hari Air Sedunia ke-32. UN Water Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil tema Air untuk Perdamaian.

“Perlu disadari bahwa ketika terjadi kelangkaan air atau pencemaran ataupun sulitnya mendapat akses maka akan timbul ketegangan di antara masyarakat,” sebut @kementerianklhk dalam unggahannya terkait peringatan ini, Jumat (22/3).

Oleh sebab itu perlu kerja sama yang baik di skala nasional maupun internasional untuk menjaga keseimbangan kebutuhan air setiap orang.

Penggunaan air yang adil dan berkelanjutan akan menghindari kondisi krisis yang nantinya akan menimbulkan rasa keharmonisan serta kemakmuran bersama.

Apalagi air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan manusia perlukan untuk kebelanjutan hidup di Bumi.

Untuk kebutuhan minum saja setiap orang butuh 2 liter air per hari. Mandi, cuci, kakus 12 liter. Lalu mencuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 dan taman 11,8 liter per hari.

Selanjutnya cuci kendaraan 21,1 liter, wudhu 16,2 liter dan lainnya 21,7 liter per hari per orang. Sehingga totalnya bisa mencapai 126,9 liter air per hari.

Ancaman krisis air bersih sudah nyata. Foto: UGM

Konservasi Air

Oleh sebab peringatan Hari Air Sedunia harapannya bisa meningkatkan kesadaran dan dukungan publik dalam upaya konservasi air dan pengelolaan sumber-sumber air yang berkelanjutan.

Selain itu juga mendorong kolaborasi internasional guna menciptakan dampak positif, memperkuat harmoni dan meningkatkan kemakmuran serta membangun ketahanan dalam menghadapi tantangan bersama terkait air. Melindungi dan melestarikan sumber daya air untuk perdamaian.

BACA JUGA:   Pembubaran Ibadat Mahasiswa Unpam: Gejala Lemahnya Toleransi

Sementara itu, Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral menyatakan, bahwa 80 persen air tanah di wilayah cekungan air tanah (CAT) Jakarta tidak memenuhi standar Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Jakarta bagian utara merupakan wilayah terparah di mana secara umum CAT air tanahnya mengandung unsur Fe (besi) dengan kadar yang tinggi serta kandungan Na (Natrium), Cl (Klorida), TDS (Total Disolve Solid) dan DHL (Daya Hantar Listrik) yang tinggi akibat adanya pengaruh dari intrusi air asin.

Selain krisis air bersih, Jakarta juga menghadapi problem penurunan muka tanah yang terjadi rata-rata 0-18,2 cm per tahun.

Artikel Terkait