Ingin Merasa Bahagia? Stop Mikirin Hal Ini Yuk!

Forumterkininews.id, Jakarta – Sudah banyak quotes di Instagram, di billboard pinggir jalan, bahkan kertas bungkus bekas nasi uduk bertuliskan kata “bahagia”.

Seakan di mana-mana memberi tahu kita betapa pentingnya berjuang untuk kebahagiaan.

Merangkum dari artikel Oprah Daily, seorang pengamat dr. UC Berkeley Felicia Zerwas dan rekan-rekannya menulis sebuah makalah berjuduk “The Paradox of Pursuing Happines”. Buku itu diterbitkan tahun 2021 di jurnal Behavioral Sciences.

Teori yang dipakai dalam pengamatan selama dua dekade itu akhirnya menyimpulkan bahwa semakin banyak orang menghargai kebahagiaan. Maka, semakin sedikit kebahagiaan yang mereka rasakan.

Untuk mendapat kebahagiaan itu sendiri, Zerwas serta rekan-rekannya menemukan bahwa orang cenderung menjadi salah satu dari tipe bahagia ini; yaitu orang yang memiliki cita-cita untuk merasa bahagia, atau orang yang senang dengan kebahagiaan.

Menurut Zerwas, bercita-cita untuk mendapat kebahagiaan adalah tentang keinginan seseorang. Namun jika kebahagiaan hanya sebatas senang, artinya orang itu memalsukan kebahagiaannya.

Bahagia tidak akan kita rasakan jika hanya di nilai dari apa yang sudah kita miliki.

Jika kita adalah tipe orang yang menghakimi bahwa sedang tidak merasa bahagia, menurut Zerwas ini merupakan tentang mengakui bahwa kebahagiaan adalah tujuan yang berharga, dan bukan emosi dasar yang harus kita rasakan setiap hari.

Orang-orang merasa bahwa mereka harus bahagia sepanjang waktu untuk memiliki kehidupan yang baik, dan pada saat kita tidak merasa bahagia, kita berpikit ada sesuatu yang salah. Padahal sebenarnya, semua emosi bisa menjadi informasi termasuk hal-hal seperti kemarahan atau perasaan bersalah.

Dengan kata lain, daripada menyalahkan diri sendiri karena merasakan emosi yang tidak menyenangkan. Lihatlah emosi tersebut sebagai alat yang dapat membantu kita membuat sebuah keputusan yang mengarah pada kehidupan yang lebih bahagia.

BACA JUGA:   Catatan Akmal Nasery Basral: Pak Ribut dan April

Misalnya, kemarahan yang sedang meninggi karena teman kita mengecewakan lagi. Jangan sampai kita menyalahkan diri sendiri. alih-alih begitu, anggaplah kita sedang tidak memiliki energi untuk kesal pada teman itu.

Zerwas mengatakan bahwa emosi positif bukan satu-satunya yang informatif, dan emosi negatif memberi tahu pada kita bahwa banyak hal dan normal untuk dirasakan.

Nah, artinya jika kita masih merenung memikirkan kebahagian yang tak kunjung datang. Maka, kita akan tertinggal oleh perasaan-perasaan negatif itu sendiri tanpa melihat hal-hal baik yang sebenarnya sudah datang kepada kita. Keep positif ya!

Artikel Terkait

Menyambangi ET 45 Toko Rilisan Fisik Legendaris di Medan

FT News - Bagi pecinta musik, tak lengkap rasanya...

Baim Cilik: Lolly Nggak Waras

FT News – Baim Cilik menyebut Lolly anak Nikita...

IShowSpeed Kontak Mamat Alkatiri, Minta Ditemenin ke Papua

FT News – Komika Mamat Alkatiri dihubungi oleh tim...

Nikita Mirzani Sebut Khodam Razman Arif Nasution Kura-Kura Ninja

FT News – Nikita Mirzani Mawardi meluapkan emosinya melalui...

IShowSpeed Naik Ayunan di Pinggir Tebing: Santai, Santai!

FT News - Dalam rangka tur di negara ASEAN, Youtuber...