Jakarta Ingin Bangun Pulau Sampah? Contek Pulau Semakau!

FTNews – Permasalahan sampah memang menjadi musuh nomor satu bagi lingkungan, terutama di Jakarta. Apa lagi, beberapa jenis sampah, seperti plastik, tidak dapat terurai dengan cepat sehingga dapat tertimbun dari 20 hingga 500 tahun lamanya. Untuk mengakali hal tersebut, serta kekurangan lahan di Jakarta, Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono menyarankan untuk membangun pulau sampah.

Ia mengatakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, masyarakat Jakarta dan sekitarnya akan kehabisan lahan untuk membuang sampah. Termasuk di TPST Bantargebang.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 10,68 juta orang tinggal di provinsi yang memiliki luas daratan sebesar 661,52 km2 di tahun 2022. Sehingga, kepadatan penduduk Jakarta mencapai 16.158 penduduk per km2. Dalam jangka waktu 2010–2020, laju pertumbuhan Provinsi Jakarta mencapai 0,92 persen per tahunnya.

Selain itu, Jakarta adalah salah satu provinsi penyumbang sampah terbesar di Indonesia, di bawah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat secara berurutan. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat Jakarta telah menyumbang sampah hingga 3.112.381 ton pada tahun 2022. 

Dinas Lingkungan Hidup Jakarta juga mencatat sebanyak 7.543,42 ton per harinya yang mereka harus angkut. Di mana, sampah tersebut terdiri atas 3.761,90 ton sampah organik, 3.749,84 sampah anorganik, dan 31,68 ton sampah bahan beracun dan berbahaya.

Jika hal ini terus berlanjut, dengan seiring tumbuhnya populasi, maka akan meningkat juga sampah-sampah yang mendekam di Jakarta. Dampaknya, TPST akan menjadi kelabakan akibat sampah-sampah yang tidak dapat tertampung di dalamnya.

Melihat hal tersebut, Pj Gubernur Heru menyarankan untuk membuat pulau sampah. Sehingga, dapat mengalokasikan sampah-sampah yang tertimbun, tidak hanya berpatok di TPST di daratan saja. 

Mencontek Pulau Semakau

TPA Semakau di Pulau Semakau, Singapura. Foto: NEA

Berbicara mengenai pulau sampah, contoh terdekat dan tersukses saat ini adalah Pulau Semakau di Singapura. Pemerintah Singapura membuat sebuah pulau artifisial dari sampah untuk mengatasi permasalahan penumpukan sampah dan kepadatan penduduknya.

Kondisi Singapura dan Jakarta tidaklah jauh berbeda. Singapura memiliki luas wilayah sebesar 734.3 km2, lebih besar 72,78 km2 dari Jakarta. Namun, jumlah penduduknya bertaut di sekitar 6 juta penduduk, terpaut sekitar 4,68 juta penduduk dari Jakarta.

Pembangunan Pulau Semakau berawal dari meningkatnya sampah di Singapura pada tahun 1989. Pada tahun tersebut, mereka menghasilkan 1,9 juta ton sampah. Mereka memprediksi bahwa permasalahan sampah akan meningkat menjadi 2,3 juta ton per tahunnya di dekade selanjutnya.

BACA JUGA:   Ferdy Sambo: Pemeriksaan Kasus Tambang Ilegal Sudah Selesai, Sudah Dilaporkan ke Atasan Saya

Selain itu, Pemerintah Singapura merasa tempat pembuangan akhir (TPA) Lim Chu Kang dan Lorong Halus tidak dapat menampung sampah sebanyak itu. Mereka pun sudah kehabisan lahan yang cocok untuk membuang sampah-sampah tersebut di pulau utama mereka. 

Oleh karena itu, akhirnya mereka menetapkan untuk membuat pulau artifisial dari sampah di Pulau Semakau. Rencananya, pulau tersebut akan berhubungan dengan Pulau Seking yang berjarak 7 km jauhnya. 

Parlemen Singapura menyetujui rencana tersebut pada tahun 1994 yang akan mereklamasi tepi laut dan dasar laut di bagian timur Pulau Semakau yang memakan lahan hingga 350 hektare. Mereka mengestimasi pulau tersebut memiliki kapasitas untuk menampung sampah sebesar 63,2 juta meter kubik. Proyeksi biaya pembangunan ini mencapai 1,36 miliar dollar Singapura atau sekitar 2,21 miliar dollar Singapura setelah inflasi di tahun 2023. Jika dirupiahkan, proyek ini mencapai sekitar Rp26,32 triliun. 

Pembangunan TPA di Pulau Semakau mulai dari tahun 1995. Singapura mencetak sejarah di mana mereka menjadi yang pertama dalam membuat TPA di laut lepas, di tengah perairan. 

Tetap Harus Melindungi Alam

TPA Semakau di Pulau Semakau, Singapura. Foto: NEA

Pembuatan TPA Semakau ini tentu dapat melukai lingkungan jika tidak dengan perencanaan yang matang. Terutama, reklamasi ini akan mempengaruhi keberlangsungan hidup biota laut seperti terumbu karang.

Untuk menjaga agar laut tidak tercemar, pembangunan TPA Semakau mengambil langkah-langkah preventif. Termasuk, memastikan bahwa abu dan sampah yang tidak dapat dibakar tidak akan mencemari laut di sekitarnya.

Tanggul sepanjang 7 kilometer yang mengelilingi lokasi TPA yang menutupi sebagian laut Pulau Semakau dan bekas Pulau Seking. Mereka melapisi tanggul tersebut dengan lapisan tanah liat kedap air yang mencegah cairan yang mengalir dari TPA bocor ke laut sekitarnya.

Dalam pembangunannya, sebanyak 13 ha hutan mangrove harus tergusur. Oleh karena itu, Pemerintah Singapura menanam 400.000 mangrove di sebuah lahan khusus yang seluas 13,6 ha. 

Mangrove memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pulau sampah ini. Pasalnya, tumbuhan ini dapat menjadi indikator biologis jika terdapat cairan-cairan toksin yang mengalir ke laut.

Selain itu, Pemerintah Singapura mengambil langkah lainnya untuk menjaga ekosistem dan biodiversitas di dalam laut Pulau Semakau. Mereka memindahkan sebanyak 700 koloni terumbu karang ke Pulau Sisters.

Artikel Terkait

Live Streaming di Indonesia, Youtuber IShowSpeed Sampai Dibikin Nangis!

FT News - Seorang Youtuber asal Amerika Serikat (AS), IShowSpeed,...

Respon Polos Orang Indonesia saat Bertemu Youtuber Speed: Dia Siapa?

FT News - Youtuber Speed atau IShowSpeed sedang berkunjung...

Patch Update Wasteland Storm di Garena Undawn Bakal Hadir 19 September

Garena Undawn akan merilis pembaruan patch update Wasteland Storm...

Cek Nomor HP, Ada Aplikasi Selain GetContact

FT News – Akun Fufufafa semakin ramai diperbincangkan oleh...