Jelang Nataru Harga Cabai Masih “Pedas”

FTNews, Jakarta – Kenaikan harga cabai yang cukup tinggi berdampak kepada para pedagang sayur dan ibu rumah tangga. Selain cabai harga sayur-mayur lainnya juga ada yang terkerek naik menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Pedagang sayur, Warsiti mengatakan, kenaikan ini sudah berlangsung selama dua bulan lalu. Dan merupakan kenaikan yang cukup tinggi.

“Iya mengalami kenaikan, hampir dua bulan cabai itu bukan naik lagi. Tetapi, ganti harga,” ungkap kepada FTNews, di Pasar Depok Jaya, Kamis (14/12).

Mulanya kata Warsiti, harga cabai masih di kisaran Rp50.000 per kilo. Sekarang ini kenaikannya hampir dua kali lipat.

“Sekarang sudah Rp80.000-90.000 cabai keriting. Kalau cabe rawit merah sekitar Rp100.000,” jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan lonjakan harga tersebut membuat penjualan cabai menurun.

“Penurunan yang cukup banyak, sekarang harga cabe tinggi mahal jadi orang jarang beli,” ujarnya.

Tidak hanya cabai yang naik, beberapa sayur-mayur juga ikut naik harga menjelang Nataru.

“Ada kaya tomat, labu siam, kacang panjang hampir semua pada naik,” kata Warsiti.

Warsiti berharap, pemerintah dapat mengembalikan harga sayur-mayur seperti semula agar banyak konsumen yang kembali belanja cabai.

“Pengennya kita harga turun, stabil dan banyak yang belanja lagi,” tutupnya.

Berbeda dari Warsiti, salah satu penjual sayur, Berry tidak gusar ketika harga cabai masih “pedas”. Sebab harga komoditi lainnya juga naik.

Namun ia berharap harga bisa kembali stabil. “Saat ini barangnya ada tapi harganya naik,” imbuhnya.

Risaukan Ibu Rumah Tangga

Kenaikan harga ini juga membuat risau ibu rumah tangga. Yati salah satunya. Menurutnya, kenaikan ini membuat pengeluaran bulanannya bertambah. 

“Iya naik cukup berasa, pengeluaranya jadi bertambah,” ucapnya.

BACA JUGA:   Indra Kenz Ditetapkan Jadi Tersangka!

Yati berharap harganya dapat menurun kembali, karena hal tersebut menambah beban dalam kebutuhan pangan keluarganya.

“Harapannya bisa turun lagi, biar nggak begitu memberatkan lagi,” tandasnya.

El Nino sebabkan produktivitas tanaman cabai menurun. Foto: Istimewa

Dampak El Nino

Sebelumnya, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani mengungkapkan, El Nino di tahun 2023 berdampak pada berkurangnya ketersediaan air. Dampaknya sangat terasa pada pertanian yang bergantung pada air.

“Musim kemarau yang panjang dan berkurangnya air mengganggu produksi. Tanaman cabai mengandalkan curah hujan dan bukan irigasi teknis,” katanya kepada FTNews, November 2023.

Di sisi lain, konsumen di Indonesia memilih konsumsi cabai segar bukan dalam bentuk kering. Misalnya untuk memasak sayur dan konsumsi lainnya.

Berbeda halnya dengan masyarakat di Sumatera yang menyukai cabai merah kering.

Menurutnya, permintaan konsumsi cabai pertahunnya flat. Hanya saja ketika pasokan produksi turun berimbas pada kenaikan harga komoditi tersebut.

Data Badan Pusat Statistik menyebut, produksi cabai merah di Indonesia tahun 2022 mencapai 1,55 juta ton. Naik 11 persen dari tahun 2021 sebesar 1,39 juta ton.

Untuk mengendalikan harga cabai yang terus meroket, Bapanas melakukan fasilitasi distribusi. Tujuannya agar harga cabai rawit merah tidak berbeda dari daerah sentra produksinya. Upaya ini Bapanas lakukan dari Sulawesi Selatan ke Jakarta.

Artikel Terkait