Karhutla Arjuno dan Bromo, 5.335 Hektare Lahan Ludes Dilahap Api

Forumterkininews.id, Jakarta – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Jawa Timur menyebut, pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Arjuno dan Bromo mulai membuahkan hasil.

Hingga Rabu (13/9) karhutla di Arjuno mencapai 4.835 hektare (ha) dan Bromo 500 ha. Karhutla di Gunung Arjuno, Pasuruan, Jawa Timur telah berlangsung dua pekan. Wilayah terdampak meliputi Kabupaten Malang, Pasuruan, Mojokerto dan Kota Batu.

Sedangkan karhutla di kawasan wisata Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru karena flare sepasang kekasih yang berfoto pre wedding di lokasi itu.

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur Gatot Soebroto mengatakan, titik api dan asap sudah kondusif berkat pemadaman udara (water bombing).

“Munculnya titik api terjadi di wilayah jurang yang curam dan tidak memungkinkan pemadaman lewat darat,” katanya dalam live Teropong Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Jakarta, Rabu (13/9).

Gatot menjelaskan, saat pemadaman udara bisa saja permukaan padam. Namun bara di bawah permukaan masih ada, itu yang bisa memicu munculnya kembali api. Apalagi jika angin kencang kembali muncul.

“Terima kasih atas respon cepat dan bantuan water bombing dari Kepala BNPB. Saya optimis bara yang tersisa sedikit lagi dan bisa pasukan darat jangkau untuk pemadaman,” paparnya.

Ia mengimbau masyarakat untuk mematuhi aturan yang pengelola keluarkan. Apalagi saat musim kemarau. Sehingga jika lokasi wisata sekitar lokasi tersebut dibuka, cegah perilaku buruk yang bisa memicu berulangnya karhutla.

Berbiaya Mahal

Upaya water bombing menurut Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjadi strategi terakhir yang pihaknya tempuh.

Dalam keterangan tertulisnya, operasi water bombing membutuhkan penampungan sumber air yang besar untuk diangkut menggunakan pesawat.

Di sisi lain, pelaksanaan operasi ini sangat mahal. Kurang lebih Rp 150 juta untuk satu jam penerbangan mengangkut dan menyiramkan air di titik-titik hotspot.

“Operasi udara itu jalan terakhir. Operasi darat dulu dilakukan. Jangan sampai menunggu api membesar,” kata Suharyanto.

Artikel Terkait