Komisi VIII Minta “Haji Ramah Lansia” Jangan Cuma jadi Slogan

FTNews- Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi menekankan bahwa program “Haji Ramah Lansia” jangan sampai hanya jadi slogan. Untuk itu, ia meminta para petugas haji agar bisa memberikan perhatian khusus kepada para calon jemaah haji lansia.

Ashabul mengatakan, hal ini agar para lansia bisa menunaikan ibadah haji dengan sangat baik karena pelayanan yang petugas berikan maksimal.

“Saya harapkan program Haji Ramah Lansia  tidak hanya sekedar slogan ataupun semboyan saja. Namun harus menjadi di lapangan ketika calon jemaah haji sedang melakukan ibadah di Arab Saudi, mendapat pelayanan yang maksimal,”ujarnya pada Rabu (22/5).

Politisi Fraksi Parta Amanat Nasional ini juga berpesan, kepada seluruh jemaah agar tidak terlalu memforsir tenaganya terutama untuk ibadah yang bersifat sunah.

Pasalnya, menurutnya, yang paling utama adalah saat melewati puncak haji, jemaah harus prima dan juga sehat.

Karena wukuf di Arafah, adalah momen sahnya haji yang menjadi salah satu ritual paling penting dalam ibadah haji.

“Khususnya para calon jemaah haji saya berpesan agar tidak terlalu capek sama kegiatan-kegiatan seperti ibadah sunah. Karena ketika puncaknya haji para jemaah harus sehat dan segar serta fit agar bisa melakukan rangkaian haji dengan baik dan maksimal,” pesannya.

Demensia Mengintai

Sementara itu, sejumlah jemaah haji lansia asal Indonesia disebut mengalami gejala demensia. Hal ini terkonfirmasi saat petugas haji menemukan mereka yang lupa arah jalan pulang.

Demensia sendiri adalah kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang. Yang umumnya terjadi pada lansia (usia 65 tahun ke atas).

Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH Dokter Leksmana Arry Chandra mengonfirmasi hal itu. Dokter Leksmana menyebut, ada jemaah lansia yang mengalami kelupaan saat sedang menunaikan ibadah haji. Baik lupa nama, keluarga, atau merasa masih berada di kampung halaman.

BACA JUGA:   Pemerintah Bakal Beri Diskon Tarif Tol saat Musim Mudik Lebaran

“Gangguang ini secara umum penyebabnya dua hal. Baik karena faktor sosial atau psikososial maupun faktor pribadi atau psikologis. Selain itu juga karena faktor biologis,” paparnya, Senin (21/5).

Gangguan jiwa jenis ini, lanjutnya, juga biasanya terjadi karena faktor genetik. Yang mana, para jemaah sudah memiliki potensi gangguan kejiwaan, kemudian kambuh lagi setibanya di Arab Saudi.

Dokter Leksmana juga mengatakan, demensia biasanya berbarengan dengan gangguan cara berpikir. Gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami.

Artikel Terkait