Forumterkininews.id, Jakarta - Kejaksaan Agung tengah mendalami proses peralihan pengadaan dan penyewaan pesawat terbang ATR 72-600 dan CRJ 1000 dari PT Citilink Indonesia ke PT Garuda Indonesia.

Penyidik dari Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) menduga pembelian dan penyewaan kedua jenis pesawat semua itu adalah modus. Pasalnya, Garuda tidak membutuhkan pesawat terbang jenis tersebut.

"Awalnya Citilink kemudian diambil alih pengadaannya oleh Garuda Indonesia.  kebutuhannya itu awalnya Citilink, diambil oleh PT Garuda Indonesia," kata Jampidsus Febrie Andriansyah kepada forumterkininews.id di gedung bundar, Jakarta, Kamis (17/2/2022) malam.

Sementara itu, Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung, Supardi mengatakan bahwa dugaan pengambil alihan penyewaan pesawat Garuda Indonesia sebagai modus yang diduga oleh oknum di perusahaan pelat merah tersebut.

"Intinya dugaan (ambil alih pengadaan pesawat) itu sebagai modus untuk membeli. Semestinya Garuda Indonesia enggak  membeli pesawat jenis ATR 72-600," kata Supardi kepada forumterkininews.id di kantornya.

Lebih lanjut dikatakannya, pada awalnya, Garuda Indonesia tidak ada rencana melakukan pengadaan pesawat tersebut. "Garuda Indonesia tidak melakukan pengadaan pesawat. Makannya (pengadaannya) melalui PT Citilink Indonesia untuk membeli pesawat ATR 72-600," tuturnya.

"Jadi PT Garuda Indonesia semestinya enggak perlu membeli pesawat itu," sambungnya.

Direktur Utama (Dirut) PT Citilink Indonesia, Juliandra (J) diperiksa tim penyidik tindak pidana khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat di PT Garuda Indonesia, Kamis (17/2) kemarin..

Juliandra diperiksa sebagai saksi untuk memberikan keterangan terkait mekanisme pengadaan pesawat udara.

"J selaku Direktur Utama PT. Citilink Indonesia, diperiksa terkait mekanisme pengadaan pesawat udara," kata Kapuspenkum Kejagung, Leonard Eben Ezer dalam keterangannya.