FTNews - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Namun, ada satu hal yang menjadi permasalahan, yaitu Indonesia masih tertinggal dalam pengelolaannya. Oleh sebab itu, Indonesia melakukan konsultasi energi kepada Norwegia untuk pengelolaannya.
Hal tersebut berlangsung antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Energi Norwegia dalam pertemuan The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations (INBEC). Terdapat beberapa poin yang menjadi potensi kerja sama, yaitu bidang energi terbarukan, elektrifikasi, carbon capture storage (CCS), dan hidrogen.
Ilustrasi hutan. Foto: Canva
Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang berusaha mengembangkan bisnis serta peraturan dan perizinan usaha CCS. Melalui Direktur Pembinaan Program Migas, Mirza Mahendra, selaku Ketua Delegasi Indonesia, mengatakan bahwa perlunya masukan dari Norwegia. Sebabnya mereka selangkah lebih maju dari Indonesia dalam hal tersebut.
"Kami mencatat bahwa Norwegia telah mampu mengkolaborasikan litbang, peran aktif pemerintah, dan antusiasme sektor bisnis. Indonesia ingin menggali pengalaman tentang CCS dari Norwegia," ujar Mirza di Jakarta, Selasa (2/7).
Ilustrasi kilang minyak. Foto: canva
Selain itu, Indonesia juga akan bekerja sama mengenai tata kelola minyak dan gas bumi. Di mana, Indonesia juga berada di tengah merevisi undang-undang (UU) migas dan perlunya memasukan aturan terkait CCS pada rancangan UU tersebut.
Mirza juga mengatakan bahwa adanya kendala pada PT. Pertamina (Persero), selaku pengembang proyek ini. Oleh karena itu, pemerintah ingin Pertamina lebih melakukan eksplorasi dengan delegasi Norwegia terkait aspek komersial dari CCS ini.
Ilustrasi kincir angin sebagai teknologi hijau. Foto: Canva
Indonesia juga melakukan konsultasi dengan Norwegia terkait menghasilkan energi hijau. Hal tersebut untuk mendorong Net Zero Emission 2060 di Indonesia.
Offshore wind power merupakan salah satu potensi sumber energi bersih yang Indonesia miliki selain tenaga surya ataupun air. Biasanya, energi listrik ini didapatkan menggunakan kincir angin yang dibangun di bantaran pantai.
Indonesia sendiri memiliki garis pantai yang membentang sekitar 108.000 kilometer (km). Di mana, Indonesia sedang menargetkan setidaknya Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Angin dapat menghasilkan listrik sekitar 255 megaWatt (MW).
Pembangunan PLT ini juga akan berkolaborasikan dengan pengembangan migas lepas pantai. "Keahlian dan teknologi yang dimiliki Norwegia dalam pengembangan migas lepas pantai dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia," tutur Mirza.
Tidak hanya menggunakan tenaga angin saja, namun kerja sama ini juga untuk mempersiapkan peta jalan dan rencana aksi hidrogen. Sebelumnya, Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Jepang untuk menghasilkan energi bersih dari gas tersebut.Â
Hal tersebut berlangsung antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Energi Norwegia dalam pertemuan The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations (INBEC). Terdapat beberapa poin yang menjadi potensi kerja sama, yaitu bidang energi terbarukan, elektrifikasi, carbon capture storage (CCS), dan hidrogen.
Pengembangan Bisnis dan Aturan CCS
Ilustrasi hutan. Foto: Canva
Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang berusaha mengembangkan bisnis serta peraturan dan perizinan usaha CCS. Melalui Direktur Pembinaan Program Migas, Mirza Mahendra, selaku Ketua Delegasi Indonesia, mengatakan bahwa perlunya masukan dari Norwegia. Sebabnya mereka selangkah lebih maju dari Indonesia dalam hal tersebut.
"Kami mencatat bahwa Norwegia telah mampu mengkolaborasikan litbang, peran aktif pemerintah, dan antusiasme sektor bisnis. Indonesia ingin menggali pengalaman tentang CCS dari Norwegia," ujar Mirza di Jakarta, Selasa (2/7).
Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi
Ilustrasi kilang minyak. Foto: canva
Selain itu, Indonesia juga akan bekerja sama mengenai tata kelola minyak dan gas bumi. Di mana, Indonesia juga berada di tengah merevisi undang-undang (UU) migas dan perlunya memasukan aturan terkait CCS pada rancangan UU tersebut.
Mirza juga mengatakan bahwa adanya kendala pada PT. Pertamina (Persero), selaku pengembang proyek ini. Oleh karena itu, pemerintah ingin Pertamina lebih melakukan eksplorasi dengan delegasi Norwegia terkait aspek komersial dari CCS ini.
Pengembangan Energi Hijau
Ilustrasi kincir angin sebagai teknologi hijau. Foto: Canva
Indonesia juga melakukan konsultasi dengan Norwegia terkait menghasilkan energi hijau. Hal tersebut untuk mendorong Net Zero Emission 2060 di Indonesia.
Offshore wind power merupakan salah satu potensi sumber energi bersih yang Indonesia miliki selain tenaga surya ataupun air. Biasanya, energi listrik ini didapatkan menggunakan kincir angin yang dibangun di bantaran pantai.
Indonesia sendiri memiliki garis pantai yang membentang sekitar 108.000 kilometer (km). Di mana, Indonesia sedang menargetkan setidaknya Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Angin dapat menghasilkan listrik sekitar 255 megaWatt (MW).
Pembangunan PLT ini juga akan berkolaborasikan dengan pengembangan migas lepas pantai. "Keahlian dan teknologi yang dimiliki Norwegia dalam pengembangan migas lepas pantai dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia," tutur Mirza.
Tidak hanya menggunakan tenaga angin saja, namun kerja sama ini juga untuk mempersiapkan peta jalan dan rencana aksi hidrogen. Sebelumnya, Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Jepang untuk menghasilkan energi bersih dari gas tersebut.Â