Mobile Ad
Lawan Pemanasan Global, Jepang dan UE Kejar Gas Hidrogen

Senin, 03 Jun 2024

FTNews - Senin (3/6), Jepang dan Uni Eropa (UE) menandatangani kesepakatan untuk bekerja sama dalam kebijakan terkait menciptakan permintaan dan suplai gas hidrogen. Gas hidrogen bersih ini, akan menjadi salah satu komponen penting dalam mengembangkan bahan bakar baru.

Melansir dari Reuters, gas hidrogen ini merupakan salah satu sumber gas terbaru yang lebih bersih dari lainnya. Harapannya, dapat menjadi pengganti dari liquefied natural gas (LNG).

Peralihan ini merupakan salah satu langkah negara-negara tersebut menuju bebas karbon pada tahun 2050. Selain itu, bagi Eropa, gas hidrogen ini menjadi salah satu komponen opsi untuk beralih dari bahan bakar fosil milik Rusia.

“Hidrogen dengan cepat akan menjadi komoditas yang akan dipasarkan secara internasional. Dan kooperasi UE-Jepang akan menjadi hal yang penting dalam mempromosikan energi terbarukan dan hidrogen rendah karbon secara global. Juga memastikan standar dan regulasi menyatu,” ujar Kadri Simson, Komisioner Eropa untuk Energi.

Simson juga bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Ken Saito. Mereka berdua akan mengetuai forum bisnis hidrogen antara UE dan Jepang yang dihadiri oleh para perusahaan energi Jepang, yaitu JERA, Tokyo Gas, Mitsui, dan Iwatani.

Memproduksi 10 Juta Metrik Ton Hidrogen


Ilustrasi hydrogen plant. Foto: canva

Rencananya, UE ingin memproduksi 10 juta metrik ton dan impor 10 juta ton hidrogen terbarukan pada tahun 2030 nanti. Hal ini juga bertepatan dengan kelompok ini ingin memangkas emisi karbon. Yang mana, perubahan ini membutuhkan investasi untuk membuat pasar baru untuk bahan bakar baru.

“Hidrogen adalah prioritas penting bagi kebijakan energi di Eropa. Dan hidrogen juga akan membantu kami untuk beralih dari tenaga fosil milik Rusia. Tetapi juga, pada jangka waktu panjang, dapat membantu kita dalam dekarbonasi industri-industri kami,” jelas Simson.

Menurut dari Nikkei, Jepang berencana untuk berinvestasi sebesar $19 miliar atau sekitar Rp30,8 triliun dalam transisi ini. Rencananya, uang tersebut untuk mensubsidi produksi hidrogen bersih selama 15 tahun ke depan.

Selain itu, Itochu Corp mengatakan bahwa telah melakukan penelitian terkait hal ini. Mereka meneliti studi kelayakan untuk membangun rantai pasokan hidrogen dan amonia di Kitakyushu, di Selatan Jepang.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement