Mobile Ad
Melawan Propaganda Kekerasan dengan Narasi Cinta dan Perdamaian

Selasa, 13 Des 2022

Forumterkininews.id, Jakarta - Aksi terorisme dalam bentuk bom bunuh diri kembali terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung, hari Rabu (7/12) lalu. Perilaku keji ini tatkala selalu berlindung di balik narasi jihad. Namun, harus diakui narasi jihad, kafir dan thagut kini telah mengalami banyak distorsi dan pergeseran makna yang menyebabkan maraknya praktik intoleransi, kekerasan hingga teror.

Aktivis di Gerakan Islam Cinta, Habib Husein Ja'far Al Hadar turut mengutuk keras aksi teror tersebut. Dirinya menyebut, aksi keji itu merupakan musuh kemanusiaan, akibat dari kesalahpahaman dan propaganda atas nama agama yang disalahtafsirkan.

"Aksi teror itu adalah musuh kita bersama, apapun agamanya. Karena mereka melawan kemanusiaan itu sendiri. Bahkan yang paling mendasar mereka melawan kemanusiaan dirinya sendiri," ujar Habib Husein Ja'far Al Hadar di Jakarta, Senin (12/12).
Nilai Kemanusiaan

Ja'far Al Hadar melanjutkan, tatkala pelaku teror juga merupakan korban yang diperdaya kelompok tertentu, dengan janji semu. Yakni  kemuliaan dunia dan akhirat sebagai hasil pengorbanannya kepada sang Ilahi. Sehingga, pria yang kerap disapa Habib Jafar ini menilai perlunya meluruskan kembali narasi keliru tentang esensi jihad.

"Kita tidak ingin mereka dibodohi melalui propaganda seperti itu. Kita sayang kepada mereka (kelompok radikal) maka kita ingin merangkul mereka. Cara mendapatkan kemuliaan didunia dan kebahagiaan di akhirat bukan dengan bom bunuh diri. Tapi dengan menegaskan bahwa semakin beragama seseorang, maka semakin besar juga cintanya kepada orang lain," jelas Habib Jafar.

Pria yang meraih gelar Magister bidang Tafsir Qur'an dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, menjelaskan berbagai upaya nyata yang bisa dilakukan semua pihak. Terutama untuk meluruskan kembali nilai-nilai kemanusiaan, toleransi dan kebhinekaan yang kerap didistorsi maknanya. Sehingga memicu munculnya bibit radikal dan terorisme.

"Kenapa mereka bisa menjadi teroris? Karena mereka dipapar terus menerus oleh ideologi teror atas nama agama dan lain sebagainya. Oleh karena itu tugas kita untuk mencegah itu adalah memapar balik mereka dengan nilai-nilai cinta dan perdamaian," tuturnya.
Konten Tidak Moderat Kuasai Media Sosial

Mengutip riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN tahun 2021, Habib Jafar menyebut konten yang tidak moderat, kini tiga kali lipat jauh lebih menguasai perbincangan di media sosial (medsos) daripada konten moderat. Oleh sebab itu, menyerang balik narasi radikal kekerasan dengan paparan narasi cinta dan perdamaian harus dilakukan. Dirinya optimis bangsa ini akan mampu menang dari radikalisme dan terorisme yang mengancam kedaulatan dan persatuan bangsa.

"Kita melakukan propaganda yang sebaliknya, tentang toleransi diantara umat beragama, suku dan bangsa. Kita berpeluang menang. Karena kalau kita merujuk pada nilai dasar kemanusiaan maka sejatinya tidak ada manusia yang terlahir jahat. Kebencian itu diajarkan manusia, tetapi cinta itu diciptakan oleh Tuhan," ujarnya.

Menurut pengamatannya, paparan konten dan narasi yang dibangun oleh kelompok radikal sejatinya perlu menjadi perhatian, baik dari segi kuantitas besarnya konten dan narasi yang didiseminasikan, maupun kualitas narasinya yang mampu mengambil hati penerimanya. Untuk itu perlu adanya perlawanan balik melalui konten dan narasi moderat dengan isi maupun kuantitas yang lebih besar.

"Karena paparan mereka secara kuantitas jauh lebih besar. Belum lagi kualitas propaganda mereka. Nah, karena itu tugas kita memapar balik, dengan apapun, ceramah, konten digital, pertemanan dan apapun yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan kesadaran toleransi diantara kita yang berbeda," ungkapnya.

Terakhir, Habib Jafar berharap pemerintah juga turut hadir dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada rakyatnya, baik melalui upaya preventif maupun maupun tindakan tegas terhadap sekecil apapun aksi yang mengancam keutuhan bangsa.

"Negara harus hadir memberikan rasa aman kepada masyarakat. Dengan hadir secara nyata melalui tindakan preventif maupun tindakan terhadap aksi yang ada dan siapa saja yang mengancam toleransi umat. Kerjasama anatra umaro dan ulama itu menjadi kunci untuk kita menghadapi problem ini," kata Habib Jafar mengakhiri.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement