Mobile Ad
Sederet Fakta Sidang Pembunuhan Berencana Brigadir J hingga Pekan Keenam

Sabtu, 03 Des 2022

Forumterkininews.id, Jakarta - Persidangan kasus kematian Brigadir J di Pengadilan Jakarta Selatan (PN Jaksel) sudah memasukin pekan keenam sejak dimulainya pada Senin (17/10) lalu.

Pada persidangan pada pekan ini masih beragendakan mendengarkan keterangan saksi untuk lima terdakwa pembunuhan berencana Brigadir J, diantaranya Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal, Bharada E, dan Kuat Maruf.

Selain itu PN Jaksel juga menggelar agenda pemeriksaan saksi terhadap tujuh terdakwa yang terlibat dalam perintangan penyidikan atau Obstruction of Justice, yaitu diantaranya Ferdy Sambo, Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Chuck Putranto, Irfan Widianto, Arif Rahman Arifin, dan Baiquni Wibowo.

Berikut sederet fakta dalam sepekan yang telah dirangkum tim forumterkininews.id.

Ambil Baju Dinas Brigadir J

Terdakwa obstruction of justice pembunuhan berencana Brigadir J, Arif Rachman hadir sebagai saksi. Ia datang dalam sidang lanjutan Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Maruf, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Senin (28/11).

Dalam persidangan, ia mengungkap bahwa Kombes Susanto memiliki peran dalam skenario Ferdy Sambo yaitu disuruh Ferdy Sambo mengambil baju dinas milik Brigadir J usai jasad diautopsi di RS Polri Kramat Jati, pada Jumat (8/7).

Terkait hal ini awalnya saksi Arif ditanya majelis hakim mengenai dirinya apakah mengetahui bahwa yang diautopsi merupakan Brigadir J.

Kemudian ia menjawab bahwa mulanya dia tidak mengetahui bahwa yang diautopsi merupakan jasad Brigadir J.

“(Baru tahu) setelah selesai (autopsi) karena Kombes Susanto mau mengambil baju yang bersangkutan, baru saya tahu kalau ternyata itu adalah ajudannya Bapak Ferdy Sambo,” ucap Arif.

Hapus Dokumentasi Autopsi Brigadir J

Terdakwa obstruction of justice pembunuhan berencana Brigadir J, Arif Rachman, mengungkapkan dirinya diperintah Kombes Susanto untuk menghapus seluruh dokumentasi autopsi dan foto peti Brigadir J.

“Kapan Susanto memerintahkan saudara untuk menghapus semua dokumentasi?” tanya hakim, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Senin (28/11).

“Selesai autopsi,” jawab Arif.

Kemudian majelis hakim menanyakan lagi bagaimana cara Kombes Susanto memerintahkan Arif untuk menghapus seluruh dokumentasi.

“Jadi beliau disampaikan agar dokumentasi dikirimkan ke beliau semuanya biar satu pintu. Lalu di HP anggota sudah tidak ada lagi yang tersebar cukup satu pintu laporan dan penyimpanan file foto,” kata Arif.

Dimarahi Ferdy Sambo Gegara Telat ke Komplek Polri Duren Tiga

Arif Rachman mengaku dimarahi dan disebut apatis oleh Ferdy Sambo. Akibat telat datang dan tidak mengetahui tewasnya Brigadir J, di Komplek Polri Duren Tiga, pada Jumat (8/7) lalu.

“Apa lagi yang saudara lakukan (setelah tau Brigadir J tewas)?” kata hakim.

Ferdy Sambo sempat menanyakan apa yang diketahui Arif sebelum ada kejadian tewasnya Brigadir J.

“Terus?” kata hakim.

“Kemudian saya diam yang mulia. Terus beliau nanya kamu kemana dari kemarin? Kamu gatau kejadian di sini, saya bilang siap, belum tahu, baru tahu hari ini. Beliau sampaikan ‘apatis’, saya jawab siap salah. Kemudian saya bergeser dari tempat berdiri ke taman,” ucap Arif.

Putri Candrawathi Menangis Saat Diinterogasi

Kabag Gakkum Provost Divpropam Polri, Kombes Susanto Haris mengatakan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi hanya menangis saat diinterogasi mengenai tewasnya Brigadir J, pada Jumat (8/7) lalu.

Terkait hal ini awalnya dirinya diajak oleh Karo Provos Div Propam Polri, Brigjen Pol Benny Ali untuk menemui Putri Candrawathi di rumah pribadi Ferdy Sambo yang terletak di Jalan Saguling III, Kalibata, Jakarta Selatan.

“Sampai di Saguling sekitar 5 menit, kemudian Pak Benny Ali tanya kepada Ibu, ‘Bu apa kejadian sesungguhnya?’ Begitu cerita ‘Oh kami baru pulang dari Magelang, kemudian saya baru istirahat…,” ujar Susanto.

“Siapa yang cerita?,” tanya jaksa, di PN Jaksel, Senin (28/11).

“Ibu, Kemudian (Putri Candrawathi) berhenti bercerita dan nangis. Ditanya lagi, ‘Sebetulnya ada kejadian apa Bu?’, ia menjawab ‘Saya sedang istirahat, ada yang masuk.’ Setelah itu Putri Nangis lagi, dan berhenti lagi,” ucap Susanto.

Rumah Dinas Ferdy Sambo Terkontaminasi Usai Penembakan

Subbid Senpi Balmetfor Puslabfor Bareskrim Polri, Sopan Utomo, dalam persidangan mengungkap bahwa tempat kejadian perkara (TKP) penembakan yang menewaskan Brigadir J, tepatnya di rumah dinas Ferdy Sambo, Komplek Polri Duren Tiga, telah terkontaminasi.

“Yang pertama saudara lihat sampai rentang waktu sampai saudara sampai, yang saudara lihat bagaimana kondisinya? apakah steril, setelah diamatin status quo terjaga, atau sudah terkontaminasi?” tanya hakim, di PN Jaksel, Senij (28/11).

“Kayanya sudah terkontaminasi, Karena pada saat itu juga saya baru sampai ke TKP, bukan hanya digital forensik yang turun. Ternyata disitu juga bersama-sama dengan inafis, dan bagian lain lain dari puslabfor lain,” ujar Sopan.

Brigadir J Selalu Dampingi Putri Candrawathi

Terdakwa Bharada E menyebut Brigadir J selalu mendampingi Putri Candrawathi yang merupakan istri Ferdy Sambo, setiap ada kegiatan.

Hal ini diungkapkan dirinya saat hadir sebagai saksi dalam persidangan Ricky Rizal dan Kuat Maruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Rabu (30/11).

“Dalam kesehariannya, aktivitas Putri Candrawathi apa?,” tanya hakim.

“Pagi jalan pagi saja,” jawab Bharada E.

“Maksud saya setiap kegiatan PC ini selalu didampingi korban (Brigadir J)?,” cecar hakim.

“Selalu didampingi, korban merangkap driver (sopir) sekaligus ajudan,” jawab Bharada E.

Bharada E Sering Dimarahi Ferdy Sambo

Bharada E dalam persidangan mengungkapkan dirinya kerap dimarahi Ferdy Sambo saat di mobil sedang dalam perjalanan.

“Pernah kena marah sama FS (Ferdy Sambo)?,” tanya Hakim, di PN Jaksel, Rabu (30/11).

Kemudian Bharada E menjelaskan bahwa Ferdy Sambo kerap memarahi dirinya saat berada di dalam mobil sedang melakukan perjalanan akibat adanya motor yang memepet mobilnya atau sebaliknya.

“Pernah, biasanya di mobil kalau pas di jalan terus ada motor mendekati mobil biasanya beliau agak marah karena takut kesambar. Mobil kami takut nyenggol motor,” jawab Bharada E.

Ricky Rizal Menetap di Magelang dan Kawal Anak Sambo

Bharada E mengatakan bahwa Ricky Rizal merupakan ajudan Ferdy Sambo yang menetap di Magelang dan bertugas mengawal anak-anak Ferdy Sambo.

Awalnya majelis hakim menanyakan penempatan tugas Ricky Rizal saat menjadi ajudan Ferdy Sambo.

“Kalau RR ini stand by (menetap) di Magelang?,” tanya Hakim, di PN Jaksel, pada Rabu (30/11).

“Apa tugas RR?,” tanya Hakim.

“Menjaga anak-anak, karena anak-anak bapak (Ferdy Sambo) ada di sekolah, jadi kalau ada kebutuhan biasa Bang Ricky yang antar,” kata Bharada E.

Lemari Khusus Senjata di Rumah Ferdy Sambo

Bharada E mengungkap ada lemari khusus untuk menyimpan senjata api di rumah pribadi Ferdy Sambo yang terletak Jalan Saguling III, Kalibata, Jakarta Selatan.

Awalnya majelis hakim menanyakan kedatangan keluarga Putri Candrawathi di Jakarta usai dari Magelang, Jawa Tengah. Kemudian Bharada E diperintahkan untuk mengangkut barang-barang, termasuk senjata api ke dalam rumahnya.

“Sampai diatas, ibu udah sampai atas. Baru karena itu senjata kan ga mungkin saya letakkan di depan sama seperti barang-barang. Kemudian saya bilang “Izin ibu, petunjuk ibu senjata api letakkan dimana ibu?,” kata Bharada E.

Kemudian Bharada E mengikuti Putri masuk ke sebuah kamar yang ia tidak ketahui kamar milik siapa. Di dalam ia melihat sejumlah barang perabotan mulai dari elektronik dan lain-lainnya, hingga ada satu lemari di kamar tersebut.

"Ibu masuk ke situ ibu buka lemarinya, saya liat wih senjata semua ada lemari senjata yang mulia, ibu langsung bilang simpan di situ aja, akhirnya saya simpan aja disitu,” lanjut Bharada E.

Skenario Ferdy Sambo

Bharada E membeberkan skenario yang dibuat oleh Ferdy Sambo saat akan mengeksekusi Brigadir J, di Komplek Polri Duren Tiga, pada Jumat (8/7) lalu.

“Seingat saudara Kuat Maruf dan Brigadir J masih dibawah?,” tanya Hakim.

“Iya masih di bawah. Kemudian Pak FS menanyakan saya tahu kejadian di rumahnya atau tidak. Dia bercerita Yosua sudah melecehkan ibu.  Kemudian terlontas kalimat, ‘Kurang ajar ini. Dia sudah tidak menghargai saya, menghina martabat saya’. Terus dia ngomong harus dikasih mati anak ini,” jawab Bharada E.

Kemudian Bharada E mengungkapkan bahwa dirinya disuruh Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J dan nantinya akan dibela.

“Saya mikir, saya diam kaget juga. Dia (FS) bilang ‘nanti kau yang tembak Yosua ya, saya yang akan bela kamu. Kalau saya yang tembak, tidak ada yang bela kita,” lanjut Bharada E.

Selanjutnya Ferdy Sambo membuat skenario penembakan yang akan dilaksanakan oleh Bharada E bahwa istrinya telah dilecehkan oleh Brigadir J.

“Pak Ferdy Sambo bilang, ‘Jadi gini chad, skenarionya ibu dilecehkan Yosua, baru ibu teriak, kamu dengar. Yosua ketahuan, Yosua tembak kamu, kamu tembak balik. Yosua yang mati’,” kata Bharada E menirukan suara Ferdy Sambo.

Detik-detik Penembakan Brigadir J

Terdakwa Bharada E menceritakan kronologi detik-detik terjadinya penembakan terhadap Brigadir J yang dilakukan di rumah dinas Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7) lalu.

“Sampai depan kamar, saya langsung naik ke lantai 2 yang mulia. Saya langsung rada takut pada saat itu dan saya berdoa dulu di kamar dan selesai saya agak diam sedikit, gak lama ada suara dibawah,” kata Bharada E.

Selanjutnya saya turun ke bawah, sampai diujung tangga, saudara Ferdy Sambo sambil memakai sarung tangan hitam di tangan sebelah kanan bertanya soal kesiapan senjata.

“Dia tanya ke saya ‘sudah kau isi senjatamu?’ ‘Siap belum dan’ jawab saya. ‘Kau isi’. Isi situ artinya kokang yang mulia,” ucap Bharada E.

“Lalu pak FS bilang ‘isi senjatamu’, saya keluarkan, saya kokang senjata saya, saya taruh lagi di pinggang baru saya ke samping meja yang mulia. Ke samping meja, baru langsung yang mulia, langsung Bang Yos masuk duluan baru Bang Ricky dibelakang,” jawab Bharada E.

Setelah itu saat melihat Brigadir J masuk di dalam rumah, Ferdy Sambo langsung memegang leher dan memerintahkan untuk berlutut.

“Itu pas masuk, pak FS langsung lihat ke belakang ‘sini kamu’ langsung pegang leher ‘berlutut kamu ke depan saya, berlutut kamu, berlutut’ disuruh berlutut yang mulia,” ucap Bharada E.

“Terus melirik ke saya ‘woy kau tembak, kau tembak cepat, cepat kau tembak’. Saya langsung keluarkan senjata, langsung saya tembak yang mulia,” lanjut Bharada E.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement