Lukas Enembe Meninggal, Apakah Stres Salah Satu Faktornya?

FTNews, Jakarta – Mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe, terpidana suap dan gratifikasi meninggal dunia pada Selasa (26/12) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, Lukas memang sempat bolak-balik ke rumah sakit karena beberapa penyakit yang ia derita.

Kemudian 12 Januari 2023, dr Anton Mote, selaku dokter pribadi Lukas Enembe, menyatakan bahwa pasiennya memiliki komplikasi kesehatan. Mulai dari sakit jantung hingga ginjal. Selain itu, ia mengatakan bahwa Lukas sempat dirawat di RSPAD karena sakit stroke.

“Ada sakit jantung, hipertensi, ginjal, kencing manis, diabetes, stroke yang berulang kali,” ungkap dr Anton pada saat itu.

Semua hal ini terjadi ketika Lukas menjalani sidang dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Bahkan, beberapa kali Lukas tidak dapat menghadiri sidangnya karena harus dirawat karena komplikasi penyakitnya.

Apakah Stres Bisa Menjadi Faktor?

Ilustrasi orang sedang stress. Foto: freepik

Stres merupakan reaksi tubuh yang muncul saat seseorang mengalami tekanan, ancaman, maupun perubahan. Tentu yang dialami oleh Lukas Enembe dapat meningkatkan stres.

Melalui penelitian “Dampak Stres Terhadap Kesehatan Fisiologis Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan”, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, stressor dapat dipengaruh tiga hal. Pengaruh tersebut adalah lingkungan, diri sendiri, dan pikiran.

Kondisi sebuah lingkungan dapat mempengaruhi stres. Terutama di sebuah lingkungan seperti penjara. 

Walaupun penjara adalah tempat rehabilitasi. Akan tetapi di dalam penjara adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang bermasalah hukum. Untuk bertahan di dalamnya, seseorang harus dapat berbaur dan beradaptasi dengan narapidana lainnya. Jika mereka merasa tidak nyaman, maka dapat meningkatkan stres.

Tidak hanya itu, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menjalani masa pidana. Keluarga yang suportif akan memberi rasa kenyamanan dan keamanan bagi pelaku pidana. Akan tetapi, jika keluarga yang tidak suportif, maka akan muncul banyak stressor-stressor yang menjadi beban orang tersebut.

BACA JUGA:   Ingin Berumur Panjang ala Penduduk Blue Zone, Ini Rahasianya

Pikiran juga menjadi hal yang vital dalam pembentukan stres. Terutama jika penilaian kita terhadap penjara adalah buruk.

Selain itu, banyak narapidana-narapidana yang memiliki kasus lebih parah dibandingkan yang lainnya. Sikap overthinking akan muncul dan menjadi stressor di dalam dirinya.

Dampak Fisiologis dari Stress

Ilustrasi otak. Foto: Stocksnap

“Stres sangat berdampak dengan tubuh. Kesehatan tubuh dapat menurun seiring meningkatnya stres. Bahkan orang yang terkena stres dapat berdampak terhadap sistem saraf pusat atau otak,” sebut penelitian itu.

Dengan terganggunya sistem saraf pusat, maka bagian lain akan terganggu juga. Contohnya adalah pada sistem pernapasan, kardiovaskular, dan sistem pencernaan.

Orang yang memiliki kondisi kesehatan seperti Lukas, akan mengalami kesulitan jika diletakkan ke dalam posisi seperti penjara. Ketika stres tersebut meningkat, risiko penyakit-penyakit yang lain juga akan meningkat, terutama penyakit bawaan.

Artikel Terkait