Lynn Ban, Artis Asal Singapura Meninggal Dunia Usai Operasi Otak

Lynn Ban merupakan perancang perhiasan terkenal dan jadi pemeran di serial Bling Empire: New York di Netflix.

Bintang asal Singapura itu meninggal pada hari Senin (20/1/2025) di usia 51 tahun.

Lynn Ban meninggal dunia usai beberapa minggu menjalani operasi otak darurat, menyusul kecelakaan ski di akhir Desember 2024.

Baca Juga: Dokumenter Nascar Garapan Netflix, Pertarungan di Balik Layar

Pada 2023, dia jadi bintang Bling Empire: New York dan jadi salah satu pemeran utama.

Lynn Ban seorang desainer perhiasan mewah kelahiran Singapura yang tinggal di New York dan dikenal karena desainnya yang berani dan tidak konvensional. (Instagram @lynn_ban)

Serial itu merupakan spin-off dari Bling Empire milik Netflix, yang mengisahkan kehidupan orang Asia Amerika yang sangat kaya.

Putranya, Sebastian Ban, berbagi berita kematiannya di akun Instagram-nya pada 22 Januari.

Baca Juga: Meninggal Usai Ditusuk Orang Dekat, Begini Sosok Sandy Permana di Mata Tetangga

Sebastian Ban menulis: "Ibu saya meninggal pada hari Senin. Saya tahu ia ingin berbagi kisah hidupnya setelah kecelakaan dan operasi otak, jadi saya pikir ia akan menghargai satu unggahan terakhir yang berisi berita tersebut kepada orang-orang yang mendukungnya."

Lynn Ban memiliki klien bintang Hollywood, termasuk Rihanna dan Beyoncé. (Instagram @lynn_ban)

Lynn Ban lahir pada 27 Mei 1973 dan meninggal dunia pada 20 Januari 2025). Dia seorang desainer perhiasan mewah kelahiran Singapura yang tinggal di New York dan dikenal karena desainnya yang berani dan tidak konvensional.

Lynn Ban memiliki klien bintang Hollywood, termasuk Rihanna dan Beyoncé.

Selebritas lain yang mengenakan koleksi perhiasannya terdapat Billie Eilish, Cardi B, Doja Cat, Kendrick Lamar, Lady Gaga, Madonna, Megan Thee Stallion, Nicki Minaj, dan Post Malone.

Vogue menggambarkan koleksi perhiasannya sebagai "favorit ikon pop karena nuansa pemberontak dan rock-and-roll yang unik".

Sebelum meninggal dunia, Lynn Ban membagikan gambar-gambar di mana dirinya usai menjalani operasi otak dan tengah bermain ski.

"Dan dalam sekejap mata... hidup bisa berubah. Malam Natal di hari yang cerah di Aspen saat berlibur bersama keluarga, saya mengalami kecelakaan ski yang mengubah hidup saya.

Di puncak gunung, saya terantuk dan jatuh terduduk. Untungnya saya selalu memakai helm. Saat itu, cederanya tidak terlalu parah dan saya bisa bermain ski sampai ke dasar.

Karena berhati-hati, saya ingin diperiksa oleh patroli ski untuk mengetahui apakah saya mengalami gegar otak. Mereka memeriksa saya dan saya dinyatakan sembuh.

Saya sedikit pusing, tetapi saya pikir setelah makan siang semuanya akan baik-baik saja dan saya bisa bermain ski lagi. Paramedis menyarankan saya untuk pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemindaian CT.

Ini menyelamatkan hidup saya. Saya naik taksi bersama Jett dan dalam waktu 30 menit mereka memberi tahu kami bahwa saya mengalami pendarahan otak dan harus diterbangkan ke rumah sakit trauma.

Hal terakhir yang saya ingat adalah saat saya diintubasi dan terbangun setelah kraniotomi darurat dengan Jett di samping saya.

Masih ada jalan panjang untuk pemulihan, tetapi saya seorang penyintas dan bersyukur kepada patroli ski, tim dokter dan perawat yang luar biasa, serta dukungan dan keluarga dan teman-teman saya, Tuhan itu baik, Bersyukur dan diberkati melihat tahun baru."