Mensos : Panti Jompo Bukan Budaya Indonesia

FTNews – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menegaskan perawatan masyarakat lanjut usia (lansia) di panti sosial atau panti jompo bukan budaya bangsa Indonesia.

Hal itu ia sampaikan dalam acara peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Aceh Utara. HLUN 2024 yang melibatkan 4.982 lansia ini bertema “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat”. Setiap tahunnya peringatan hari lansia pada 29 Mei.

“Itu budaya dari luar negeri. Sebetulnya menurut saya ya, gak sesuai. Tidak sesuai dengan budaya, begitu kan,” kata Mensos Risma, Rabu (29/5).

Mantan Wali Kota Surabaya ini menilai, panti sosial (jompo) memang bisa memberikan akomodasi terhadap lansia yang terlantar.

Namun di sisi yang lain, lanjutnya, juga dapat menyebabkan anak-anak yang seharusnya mengurus orang tuanya pada usia senja, justru malah menitipkan dan meninggalkan orang tuanya di panti-panti sosial.

“Apa iya seperti itu? budaya kita, agama kita, tidak mengajarkan seperti itu,” tandas Risma.

Menurutnya, Indonesia yang kental dengan budaya ketimuran tidak mengajarkan hal tersebut. Mensos menilai tidak ada alasan yang membolehkan seseorang untuk menelantarkan orang tuanya termasuk di panti jompo.

Untuk itu Mensos menyebutkan rasa kepedulian terhadap lansia harus dibiasakan sejak dini. Supaya nilai-nilai kepedulian terhadap lansia bisa bertahan hingga dewasa dan menular kepada anak dan cucu kelak.

Mensos Tri Rismaharini (berdiri kerudung hitam) dalam HLUN 2024. Foto: Antara

Lindungi dan Bahagiakan Lansia

Tak hanya Mensos Risma yang menyoal panti jompo. Senada mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk memberi perlindungan dan kebahagiaan untuk para lansia di sekitar.

“Menyayangi mereka seperti kita menyayangi orang tua kita,” ucapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) persentase penduduk lansia di Indonesia sebesar 11,75 persen pada tahun 2023. Sedangkan di Jawa Timur persentase lansia sebanyak 15,57 persen dari jumlah total penduduk. Mantan Gubernur Jawa Timur ini menyebut, jumlah lansia di Jawa Timur menduduki provinsi terbanyak kedua nasional.

BACA JUGA:   BNPB Putuskan TMC Kurangi Curah Hujan, Antisipasi Banjir Demak

“Lansia harus terus kita perhatikan kesehatannya, kesejahteraannya, kemaslahatannya dan kebahagiaannya,” ucap Khofifah.

Untuk itu masyarakat yang ada di lingkungan terdekat para lansia harapannya tetap ikut melindungi para lansia.

Menurutnya, para lansia memerlukan pemenuhan hidup yang layak, perawatan sosial, dukungan keluarga. Selain itu terapi (fisik, psikososial dan terapi mental spiritual), pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan serta dukungan aksesibilitas.

Mengutip unggahan @khofifah.ip, berdasarkan data BPS usia harapan hidup (UHH) lansia di Jatim terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2022, UHH laki-laki di Jatim sebesar 69,81 persen dan perempuan 73,71 persen.

Lalu di tahun 2023, UHH laki-laki naik menjadi 70,16 persen dan perempuan 74,16 persen.

Artikel Terkait