Orang Kaya Lebih Berpotensi Terkena Berbagai Penyakit!

FTNews – Memperkaya diri adalah salah satu hal yang memotivasi manusia untuk membanting tulangnya dalam bekerja. Agar, di masa nanti, mereka akan mendapatkan kebebasan secara finansial atau menjadi kaya raya, yang merupakan mimpi-mimpi sebagian besar orang. Akan tetapi, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang kaya lebih berpotensi terkena berbagai macam penyakit daripada orang miskin.

Mengutip NY Post, berdasarkan penelitian dari University of Helsinki di Finlandia, mereka meneliti mengenai hubungan antara status sosio-ekonomi (SES) dengan berbagai penyakit. Ternyata, penelitian tersebut mengungkapkan orang kaya, secara genetik, lebih rentan terkena kanker. 

Potensi mereka untuk terkena kanker payudara, prostat, dan berbagai macam kanker lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki kerentanan secara genetik untuk terkena diabetes, artritis, depresi, kecanduan alkohol, dan kanker paru-paru.

Pengetesan Melalui Skor Risiko Poligenik

Untuk mengambil kesimpulan orang kaya lebih berpotensi terkena berbagai penyakit, tentu membutuhkan sebuah metode. Pemimpin dari studi ini, dr Fiona Hagenbeek, dari Institute for Molecular Medicine Finland (FIMM), mengatakan hasil awal dapat mengarah pada skor risiko poligenik. Untuk mengukur risiko penyakit berdasarkan genetika. Lalu, ditambahkan ke protokol skrining untuk beberapa penyakit.

Ilustrasi orang sakit. Foto: Canva

Skor risiko poligenik atau polygenic risk score (PRS) sendiri berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan penyakit melalui genetik. Sehingga, dapat mendeteksi penyakit pada pasien lebih awal karena sifatnya yang tidak berubah sejak lahir.

“Memahami bahwa dampak skor poligenik terhadap risiko penyakit bergantung pada konteks dapat mengarah pada protokol skrining yang lebih bertingkat. Misalnya, di masa depan, protokol skrining kanker payudara dapat diadaptasi. Sehingga, perempuan dengan risiko genetik tinggi dan berpendidikan tinggi menerima skrining lebih awal atau lebih sering. Dibandingkan perempuan dengan risiko genetik lebih rendah atau pendidikan rendah,” ucap Dr. Hagenbeek kepada South West News Service.

BACA JUGA:   Kemenkes Sebut Ada 7 Kasus Cacar Monyet di Jakarta

Dalam penelitian ini, ia bersama timnya mengumpulkan data genomik, SES, dan kesehatan dari 280 ribu warga Finlandia yang berusia 35 hingga 80 tahun. Melalui penelitian ini, mereka menjadi penelitian pertama yang mencari “hubungan erat” 19 penyakit yang umum terhadap negara-negara berpenghasilan tinggi.

“Kami dapat menunjukan prediksi genetik dari risiko penyakit berdasarkan latar belakang sosio-ekonomi mereka. Jadi, meskipun informasi genetik kita tidak berubah sepanjang hidup kita, dampak genetika terhadap risiko penyakit berubah seiring bertambahnya usia atau perubahan keadaan kita,” jelas Dr. Hagenbeek.

Artikel Terkait