Penggunaan AI Meningkat, Kebutuhan Listrik di Jepang Juga Naik

FTNews – Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi salah satu teknologi yang banyak digunakan oleh orang akhir-akhir ini. Tak luput juga, masyarakat di Jepang sana. Sangking tingginya penggunaan AI, kebutuhan listrik di Jepang juga ikut meningkat.

Berdasarkan dokumen Pemerintah Jepang yang Reuters baca, Pemerintah Jepang memperkirakan bahwa kebutuhan listrik mereka akan meningkat sebanyak 35 persen hingga 50 persen di tahun 2050. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya permintaan dari pabrik semikonduktor dan pusat data yang mendukung AI.

Perkiraannya di tahun 2050 nanti, kebutuhan listrik di Negara Matahari Terbit ini akan mencapai 1,35-1,5 triliun kiloWatt-hours (kWh). Hal ini demi untuk mencukupi kebutuhannya dalam membangun pusat data, pabrik chip, dan bisnis-bisnis lainnya yang mengkonsumsi energi. Padahal, berdasarkan perencanaan mereka, kebutuhan listrik di dekade ini mereka targetkan tidak melebihi 1 triliun kWh. 

Selain itu, kenaikan kebutuhan listrik di Jepang ini akan menjadi pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir di Jepang. Lalu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka juga membutuhkan investasi berskala besar di bidang pembangkit listrik. Menurut pemerintahannya, suplai listrik menggunakan energi terbarukan tidaklah pasti.

Saat ini, Jepang sedang mengejar net zero emission di negaranya. Sehingga mereka harus memikirkan bagaimana untuk mengatasi kenaikan kebutuhan ini tanpa mempertaruhkan misi utamanya.

Sebelumnya, mereka sangat bergantung dengan bahan bakar fosil untuk menghidupkan ketenagalistrikannya. Tahun lalu, mereka mempromosikan investasi dalam dekarbonisasi. Totalnya mencapai 150 triliun yen atau sekitar Rp15.462 triliun di sektor publik dan privat dalam waktu 10 tahun.

Membutuhkan Energi yang Besar

Ilustrasi pusat data. Foto: canva

International Energy Agency (IEA) memprediksi bahwa kebutuhan listrik di dunia akan meningkat dalam waktu dua tahun saja. Penyebab dari kenaikan ini adalah pusat data, cryptocurrency, dan AI. Hal-hal tersebut sudah terbuktikan dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Jepang.

BACA JUGA:   Tuntut Soal Pengembangan AI, Sony Music Bisa Menang di Eropa

Di tahun 2022, ketiga sektor tersebut telah mengkonsumsi sekitar 460 tonWatt-hour (tWh). Angka tersebut, mencakup dua persen dari kebutuhan listrik di dunia. Dalam dua tahun lagi, angka tersebut dapat meningkat sebanyak dua kali lipatnya. Jika meningkat hingga dua kali lipat, maka angka tersebut hampir setara dengan kebutuhan listrik di Jepang saat ini.

Melansir Vox, untuk melatih model GPT-3 milik OpenAI sudah menggunakan setidaknya 1.300 megaWatt-hours (mWh). Angka tersebut mendekati konsumsi listrik di 130 rumah di Amerika Serikat per tahunnya.

Jika membandingkannya dengan Google, satu pencarian menggunakan Google Search membutuhkan 0,3 watt-hours (Wh). Sementara itu, jika ingin membuat permintaan menggunakan ChatGPT, akan memakan energi sebesar 2,9 Wh.

Artikel Terkait

Patch Update Wasteland Storm di Garena Undawn Bakal Hadir 19 September

Garena Undawn akan merilis pembaruan patch update Wasteland Storm...

Cek Nomor HP, Ada Aplikasi Selain GetContact

FT News – Akun Fufufafa semakin ramai diperbincangkan oleh...

Bukan Google, Gen Z Mulai Gunakan Aplikasi Lain Mencari Informasi di Internet

FT News – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Gen...